Pasca dicabutnya aturan larangan berhijab di tempat umum dan kantor-kantor pemerintahan Turki, sebanyak 4 wanita anggota parlemen Turki untuk pertama kalinya datang dan menggunakan jilbab di sidang parlemen pada hari Kamis (31/10) kemarin.
Terakhir kali wanita yang tampak menggunakan jilbab di parlemen terjadi pada tahun 1999, akibatnya anggota parlemen wanita tersebut di usir dari sidang parlemen Turki.
Dalam keterangannya kepada Reuters, Nurugan Dalbodak, salah satu dari empat anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan mengatakan” kita akan melihat awal dari sebuah era penting dan kami akan memainkan peran utama tersebut. Kamilah yang akan mengkampanye kan hal tersebut dan ini sangat penting untuk mencapai tujuan tersbut.”
“Mengenakan kerudung adalah simbol dari sebuah gerakan perubahan di Turki, meskipun kaum sekular melihat ini sebagai kampanye politik islam yang dapat menjadi tantangan untuk fondasi sekuler Republik Turki yang telah didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk,” tambah Nurugan Dalbodak.
Delek Akanju Yilmaz, seorang anggota parlemen dari Partai Rakyat Republik mengatakan kepada Reuters ” Semua anggota kami setuju bahwa Partai Keadilan dan Pembangunan berasakan agama Islam, akan tetapi kami tidak akan pernah berdiri diri terhadap tindakan yang bertujuan merusak prinsip sekularisme di Turki.”
Partai Rakyat Republik sekuler dan oposisi utama pemerintah Turki, menjadi dua kubu yang paling menentang kebijakan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengenai penghapusan larangan berjilbab ditempat umum. (skynewarabia/lndk)