eramuslim.com – Sejarawan Israel, Ilan Pappe, mengatakan Zionisme sedang memasuki “fase akhir” sebelum kolaps.
Zionisme merupakan gerakan di kalangan bangsa Yahudi yang ingin mendirikan negara di Palestina.
“Saya ingin mengatakan dengan kehati-hatian, ini adalah fase akhir Zionisme,” kata Pappe dalam wawancara dengan Al Jazeera yang dilansir, Selasa (14/1/2025).
Sejarawan berusia 70 tahun yang memperjuangan hak-hak warga Palestina itu mengatakan fase akhir suatu gerakan ideologis biasanya adalah yang paling kejam.
“Sejarahnya, perkembangan seperti itu dalam gerakan-gerakan ideologis, apakah itu kolonial atau imperium, biasanya bab terakhir (adalah) yang kejam, yang paling ambisius. Lalu menjadi melampaui batas dan kemudian mereka tumbang dan kolaps,” ungkap penulis buku Ten Myths About Israel itu.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan sedikitnya 46.565 orang termasuk 17.492 anak-anak, per 13 Januari 2025 pukul 14.30 WIB.
Pada 19 Desember 2024, organisasi pemantau hak asasi manusia Human Rights Watch menyebut Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan “tindakan-tindakan genosida” karena dengan sengaja menutup akses warga sipil Palestina di Gaza untuk mendapatkan air bersih.
Ketika ditanya tentang kapan Palestina akan dapat menikmati kedamaian, Pappe mengaku tidak tahu.
“Tapi menurut saya, bahkan gencatan senjata di Gaza sayangnya, bukanlah akhir, karena genosida ini,” katanya.
Pappe memprediksi prosesnya akan berlangsung lama bahkan hingga mencapai 20 tahun.
“Tapi menurut saya, kita sedang berada di awal proses itu.”
“Ini suatu proses dekolonisasi sebuah proyek kolonial pemukim (Israel),” imbuhnya.
Jika melihat sejarah, kata dia, proses dekolonisasi bisa sangat brutal dan belum tentu menghasilkan rezim yang lebih baik.
“Atau bisa juga menjadi sebuah kesempatan untuk membangun sesuatu yang lebih baik, baik untuk semuanya yang berkepentingan dan wilayah tersebut secara keseluruhan,” terang Pappe yang fasih berbahasa Arab.
Saat ditanya soal pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump periode kedua, dia mengaku kesulitan untuk melihat sesuatu yang positif akan terjadi.
“Masa depan Israel dan Zionisme berkaitan dengan masa depan Amerika,” ungkapnya.
Menurut dia, kehadiran pemimpin-pemimpin populis seperti Trump, akan membuat perekonomian dan posisi AS di dunia internasional, terpuruk.
“Dalam jangka panjang, saya rasa ini dapat mengakibatkan berkurangnya keterlibatan Amerika Serikat di Timur Tengah. Dan menurut saya, skenario di mana Anda melihat keterlibatan minim Amerika adalah skenario positif,” paparnya.
(Sumber: Detik)