Mesir kembali mengembangkan hubungan kerjasama diplomatik dan militer secara bertahap dengan Rusia, setelah selama 71 tahun lamanya berhenti akibat menjadi sekutu pemerintahan Amerika Serikat di wilayah Timur Tengah.
Kunjungan delegasi Moskow yang dipimpin oleh Menlu Sergey Lavrov, dan Menhan Rusia, Sergei Shoigu, ke Kairo pada tanggal 13 dan 14 November, menjadi babak baru cahaya baru hubungan militer antara Mesir dan Moskow.
Hubungan diplomatik Kairo dan Moskow terjadi pertama kali pada tanggal 26 Agustus 1943, di mana kedua negara ini menjadi mitra secara bilateral maupun internasional.
Langkah pertama dimulai dalam bidang kerjasama ekonomi Mesir – Rusia pada bulan Agustus tahun 1948, ketika pertama kali menandatangani perjanjian ekonomi mengenai pertukaran hasil katun Mesir dengan kayu dari Uni Soviet .
Hubungan ini kemudian mengalami perkembangan yang signifikan, terutama setelah revolusi Juli 1952, ketika Uni Soviet memberikan ke Mesir untuk membantu memodernisasi angkatan bersenjatanya dan pembangunan bendungan raksasa.
Hubungan bilateral kedua negara mencapai puncaknya pada periode tahun 50 an dan 60 an, ketika ribuan ahli Soviet Mesir membantu dalam pembangunan bendungan raksasa di Aswan dan pendirian pabrik besi dan pabrik baja di Helwan dan aluminium.
Tercatat Uni Soviet pada saat itu telah mendirikan 97 proyek industri di Mesir.
Sejak tahun lima puluhan Uni Soviet telah memberikan angkatan bersenjata Mesir persenjataan dan peralatan militer untuk memodernisasi angkatan bersenjata Mesir.
Hubungan Mesir dan Rusia terputus ketika masa era kekuasaan Presiden Anwar Sadat, ini berlangsung hingga September tahun 1981.
Pada era Husni Mubarak, mantan Jendral Angkatan Udara ini kembali memperbaiki hubungan Kairo-Moskow yang terhenti pada masa presiden sebelumnya.
Dan setelah revolusi 2011 lalu, Presiden Muhammad Mursi melanjutkan hubungan diplomatiknya dengan mengunjungi Presiden Rusia, Vladimir Putin pada bulan April 2013. (skynewsarabia/lndk)