Seperti dilansir surat kabar “Hurriyah Wal Adalah” yang dikutip dari salah seorang sumber keamanan Arab Saudi, bahwa kepala intelijen Arab Saudi, Pangeran Bandar bin Sultan, ikut terlibat dalam pembentukan cikal bakal krisis politik di Tunisia, yang bertujuan untuk menggulingkan Gerakan An Nahdah Islam yang kini sedang berkuasa.
Hal ini diperkuat dengan penunjukan mantan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali oleh Pangeran Bandar bin Sultan sebagai penasehatnya, dalam usaha mengkudeta gerakan pemerintahan islam di Tunisia.
Sumber ini menegaskan bahwa “bin Ali” sekarang tinggal di salah satu kota pantai di Jeddah. Selain Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Yordania juga ikut berperan dalam gerakan penggulingan pemerintahan islam di beberapa negara seperti Mesir, Tunisia, Gaza, dan Turki.
Mereka menganggap kebebasan demokrasi rakyat terhadap pemerintahan di Timur Tengah dapat menjadi ancaman bagi kekuasaan mereka. (rassd/Zhd)