Rusia vs Ukraina, Palestina vs Zionis, Kini Giliran Korut vs Korsel Memanas

eramuslim.com – Kondisi global lebih menantang dibandingkan perkiraan. Dunia bergantung kemampuan pemimpin mencegah perang.

Belum selesai ketegangan Rusia – Ukraina dan Israel – Palestina, kini muncul ketegangan baru di Asia timur. Korea Utara terus memprovokasi Korea Selatan (Korsel) dengan menembakkan 200 artileri ke perbatasan. Militer Korsel meminta semua penduduk di perbatasan untuk berlindung.

Perang dan pemilu itu akan memengaruhi perjalanan 2024. Calon pemimpin harus menjadikan ketegangan geopolitik ini sebagai atensi utama. Jika perang terus berlangsung, akan ada banyak ketidakpastian soal perekonomian.

Serangan korut tersebut direspons Korsel dengan mengadakan latihan tembak. Seluruh feri yang melintasi dua pulau itu berhenti beroperasi. Agar penduduk tidak panik, Korsel menyampaikan bahwa munculnya perintah evakuasi adalah langkah pencegahan.

Rangkaian tembakan artileri Korut dilakukan pada pukul 09.00–11.00 waktu setempat. Peluru-peluru itu tidak memasuki wilayah Korsel karena mendarat di zona penyangga antara kedua negara.

Korsel menegaskan bahwa tidak ada kerugian yang ditimbulkan dari serangan tersebut. Namun, yang jelas serangan itu membuat hubungan dua negara kian panas.

’’Latihan tembakan artileri oleh Korut di dalam zona non permusuhan pagi ini (kemarin, Red) adalah tindakan provokasi,’’ ujar Menteri Pertahanan Korsel Shin Won-sik.

Pulau Yeonpyeong dan Baengnyeong berada tepat di sebelah selatan perbatasan maritim de facto Korsel-Korut. Yeonpyeong merupakan rumah bagi pangkalan militer dan populasi sipil yang berjumlah sekitar 2 ribu orang.

Pulau itu beberapa kali menjadi lokasi bentrokan angkatan laut dua negara Korea. Ini adalah eskalasi tertinggi sejak insiden serupa pada 2010. Ketika itu dua tentara dan dua warga sipil Korsel tewas setelah Korut menembakkan puluhan peluru artileri ke arah Pulau Yeonpyeong.

Pengamat Politik Unismuh Makassar Andi Luhur Priyanto, menuturkan isu-isu pertahanan dan keamanan serta geopolitik global jadi strategis sekaligus sensitif. Gagasan para capres akan menentukan ke mana arah Indonesia dalam menyikapi ketidakpastian
di tengah konflik antar negara.

“Debat publik ini merupakan medium engagement capres dan warga negara, sehingga gagasan-gagasannya bisa jangkau. Para capres tidak lagi bermain gimmick politik, yang tidak mencerdaskan pemilih,” ungkapnya.

Analis Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Nur Bau melihat bahwa ia melihat bahwa perekonomian akan dilanda tantangan berat. Tantangan yang dimaksud diantaranya perang yang tidak kunjung berhenti, malah semakin banyak negara yang berperang.

Kemudian perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang hanya sekitar 1 persen, China yang drop serta beberapa negara Eropa.

“Saya rasa siapaun terpilih menurut analisa saya tidak penting yang penting mereka mampu menjaga stabilitas sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan, utamanya di kawasan,” ujarnya. (sumber: fajar)

Beri Komentar