eramuslim.com – Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris telah meninggal pada 8 September 2022. Dia telah mengunjungi lebih dari 120 negara selama tujuh dekade pemerintahannya, namun tidak pernah sudi mengunjungi Israel hingga akhir hayatnya.
Tak hanya mendiang Ratu Elizabeth II, anggota keluarga Kerajaan Inggris juga tidak pernah mengunjungi negara Yahudi itu dalam kapasitas resmi hingga tahun 2018, ketika Pangeran William, cucu mendiang ratu, tiba untuk merayakan ulang tahun ke-70 berdirinya Negara Israel—yang mengakhiri apa yang tampak bagi banyak orang sebagai boikot tidak resmi.
Alasan yang diberikan untuk penolakan tersebut berkisar dari rasa takut membuat marah negara-negara Teluk Arab yang kaya dan kehilangan kesepakatan perdagangan berikutnya, hingga pemberontakan yang dilancarkan terhadap mandat Inggris di Palestina oleh kelompok-kelompok bersenjata Zionis sebelum deklarasi berdirinya Negara Israel pada tahun 1948.
Saat mengunjungi Yordania pada tahun 1984, salah satu dari beberapa kunjungan yang dilakukannya ke Timur Tengah, ratu mengatakan: “Betapa menakutkannya” saat jet tempur Israel melesat di langit saat dia melihat Tepi Barat di kejauhan.
Ratu Nour, istri Raja Hussein dari Yordania, saat itu menjawab: “Mengerikan.”
Kemudian, setelah melihat peta yang menunjukkan lokasi pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, Ratu Elizabeth mengatakan: “Sungguh peta yang menyedihkan.”
Putra tertua ratu, Charles III, yang menjadi Raja Inggris setelah kematiannya, melakukan kunjungan resmi sebagai Pangeran Wales ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki pada Januari 2020.
Di Yerusalem, dia menyampaikan pidato di Forum Holocaust Dunia untuk menandai peringatan 75 tahun pembebasan kamp kematian Nazi di Auschwitz.
Dalam pidatonya, Charles memperingatkan bahwa pelajaran dari Holocaust masih “sangat relevan” dan meminta para pemimpin dunia untuk “tidak takut dalam menghadapi kepalsuan” dan kekerasan.
Dalam perjalanan yang sama, Charles mengunjungi kota Palestina; Betlehem, dan berdoa untuk “perdamaian yang adil dan abadi” di Timur Tengah. Dia juga mengatakan bahwa dia “terkesan oleh energi, kehangatan, dan kemurahan hati yang luar biasa dari orang-orang Palestina.”
Namun Charles telah menghadapi kritik atas komentar yang ditulis dalam surat pribadi kepada seorang teman yang berasal dari tahun 1986, tetapi kemudian dilaporkan pada tahun 2017, di mana dia menyatakan: “Masuknya orang Yahudi Eropa asing ke Israel adalah penyebab konflik yang terus berlanjut antara Israel dan dunia Arab, dan menyatakan frustrasi karena presiden Amerika Serikat (AS) tidak mau menghadapi “lobi Yahudi” di Amerika Serikat.
“Tentunya ada presiden AS yang harus berani berdiri dan menghadapi lobi Yahudi di AS?,” tulis Charles dalam surat tersebut setelah kunjungan ke Teluk bersama Putri Diana. “Saya mungkin naif, saya kira.”
Mengomentari surat tersebut pada tahun 2017, juru bicara Charles mengatakan bahwa surat tersebut tidak menyatakan pandangannya sendiri, melainkan pandangan yang pernah didengarnya selama kunjungan baru-baru ini ke Arab Saudi, Qatar, dan Bahrain.
“Selama bertahun-tahun, Pangeran terus mempelajari tema-tema yang rumit dan sulit yang dirujuknya di sini. Dia telah membangun rekam jejak yang terbukti mendukung komunitas Yahudi dan Arab di seluruh dunia dan memiliki sejarah panjang dalam mempromosikan dialog antar-agama dan pemahaman budaya,” kata juru bicara tersebut.
Ratu Elizabeth II Dicap Picik
Menulis pada tahun 2012 tentang ratu dan kegagalannya untuk mengunjungi Israel, mantan pemimpin redaksi Haaretz David Landau mengatakan: “Ratu yang luar biasa, berdedikasi, dan berusia 86 tahun ini bukanlah boneka siapa pun. Jika dia ingin mengunjungi negara Yahudi atau meminta salah satu keluarga dekatnya untuk mengunjunginya, dia bisa bersikeras, dan keinginannya akan terpenuhi.”
“Kesimpulan yang menyedihkan namun tak terelakkan, oleh karena itu, adalah bahwa dia sendiri adalah bagian dari intrik Inggris yang jahat dan picik ini untuk menolak Israel dari sisa legitimasi yang dapat mereka berikan atau sembunyikan—kunjungan kerajaan,” lanjut Landau.
“Dia bisa dan harus membuang hambatan yang tidak menyenangkan ini dan mengakhiri boikot ini.”
Mereka yang membela ratu atas klaim bias terhadap Israel menunjukkan bahwa selama masa pemerintahannya, dia telah menerima beberapa presiden Israel selama kunjungan mereka ke Inggris, termasuk Ephraim Katzir, Chaim Herzog, dan Ezer Weizman, dan menganugerahkan gelar bangsawan kehormatan kepada mantan presiden Israel Shimon Peres.
Anggap Semua Orang Israel Teroris
Sementara itu, mantan presiden Israel Reuven Rivlin, mengungkap bahwa mendiang Ratu Elizabeth II meyakini setiap orang Israel adalah “teroris atau anak teroris” dan menolak mengizinkan pejabat Israel masuk ke Istana Buckingham.
“Hubungan antara kami [Israel] dan Ratu Elizabeth agak sulit,” kata Rivlin dalam acara gala yang merayakan Institut Teknologi Technion Haifa di London pada Minggu malam lalu.
Rivlin menjabat sebagai presiden ke-10 Israel antara tahun 2014 hingga 2021, sementara Ratu Elizabeth II meninggal pada tahun 2022.
Mantan presiden Israel tersebut mengatakan: “Ratu yakin bahwa setiap orang dari kami adalah teroris atau anak teroris.”
“Dia menolak menerima pejabat Israel mana pun ke Istana [Buckingham], kecuali untuk acara internasional,” ujarnya.
Kemudian ketika ditanya tentang komentarnya, dia menegaskannya lagi: “Ini kata-kata saya, ini yang saya katakan.”
(Sumber: Sindonews)