Pusat Kajian Arab : “Ada Kemungkinan Rusia Di balik Pembantaian Di Aleppo”

Rusia-Presiden-Rusia-Vladimir-Putin-jpeg.image_Pusat penelitian dan kajian politik Arab di Doha mengungkapkan kemungkinan adanya upaya Rusia dalam memaksakan solusi politik yang ia inginkan di balik pembantaian yang terjadi di Aleppo. Rusia telah mengambil keuntungan dari keengganan AS untuk menekan oposisi agar menerima solusi yang akan dapat memfokuskan upaya dalam meenghadapi IS dan Rusia siap bekerja sama dan menanggung beban terbesar dalam hal ini.

Menurut Pusat penelitian tersebut Arab kemungkinan bahwa Rusia berhasil bekerja sama dengan milisi Kurdi dan pasukan rezimn dan milisi lainnya yang bersekutu dengannya dalam memotong jalan “Alcastelo” (yaitu satu-satunya rute untuk mencapai wilayah oposisi dengan menyeberangi “Bab Al-Hawa” di perbatasan dengan Turki) dan melakukan blokade lengkap di wilayah Aleppo yang dikendalikan oleh oposisi.

Tapi ini tentu tidak akan menjadikan jatuhnya kota Aleppo ke tangan rezim, dan tidak akan membantu dalam invasi terhadapnya, karena proses invasi memerlukan puluhan ribu elemen untuk bertempur di daerah pemukiman, semua itu sumber daya manusia yang tidak dimiliki oleh rezim, bahkan jika pertempuran berhenti di semua lini lainnya, Assad akan mengarahkan semua pasukannya arah Aleppo.

Rusia -selama periode setelah mencapai Resolusi Dewan Keamanan PBB nomer 2254 pada bulan Desember lalu- telah memimpin kampanye militer besar-besaran untuk memperbaiki negosiasi rezim sebelum dimulainya kembali pembicaraan di Jenewa. Dengan demikian, rezim membentuk pasukan yang didukung Iran dan milisi Irak, Lebanon dan lain-lain, beberapa terobosan di pedesaan utara dari Aleppo, mengambil keuntungan dari kebijakan AS yang menerima politik Rusia di Suriah.

Dan Moskow melakukan pengepungan terhadap faksi oposisi di Aleppo, memotong jalur pasokan yang menghubungkannya ke Turki, di bagian atas daftar tujuan Rusia yang saat ini sedang berusaha dicapainya. Dan untuk mencapai tujuan ini, Rusia telah mengamankan perlindungan udara untuk operasi militer di pedesaan utara dari Aleppo, dimulai pada akhir Januari lalu.

Setelah Rusia membuktikan kemampuan militernya, sepertinya mereka sekarang ingin membuktikan kemampuan mereka dalam mengajukan solusi politik untuk keluar dari krisis Suriah, tetapi tentu dengan caranya sendiri dimana Nampak tanda-tanda tersebut selama kunjungan Menteri Luar Negeri AS John Kerry ke Moskow pada akhir Maret lalu dan pertemuannya dengan Putin.

Rusia telah menyarankan Kerry untuk mempertahankan Assad, dan bahkan memungkinkan dia untuk menjalankan pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung pada akhir masa transisi sebagai gantinya dilakukan amandemen konstitusi dan mengubah sistem pemerintahan dari presiden kepada sistem parlementer, di mana presiden akan dipilih oleh parlemen bukan rakyat.

Tampaknya Kerry menyetujui usulan Rusia, dan bahwa yang menjadi focus selama fase berikutnya adalah mengubah Konstitusi, daripada berfokus pada permasalahan pemerintahan transisi, seperti yang diminta oleh oposisi, dan akan selesai pada bulan Agustus mendatang. (hr/islammemo)