“Pribumi” dan “Pendatang” Dalam Sirah Nabawiyah

Ketika dakwah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Salam menggema di seantero Madinah, Suku Aus dan Suku Khazraj tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Mereka tidak mau didahului oleh orang-orang Yahudi.

Pertemuan di Bukit Aqabah, baik yang pertama maupun kedua, menjadi tonggak penting yang akan membuat perubahan besar di Madinah. Komitmen berupa Baiat Aqabah I dan II yang dipegang erat oleh perwakilan Suku Aus dan Suku Khazraj, menjadi jembatan pemersatu bagi kedua suku ini sekaligus menjadi tuan rumah yang menyambut figur perekat: Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersama sahabat-sahabatnya.

Melalui tangan dingin Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi (yang diutus nabi bersama perwakilan masyarakat Madinah untuk berdakwah), Islam bisa cepat menyebar luas. Asad bin Zurarah (berasal dari Suku Khazraj), bersama Shuhaib berhasil mengajak kepala Suku Aus: Usaid bin Khudair, bahkan Saadz bin Muadz memeluk Islam. Dampak dakwah ini begitu dahsyat. Banyak penduduk Madinah yang masuk Islam secara diam-diam, konflik internal yang selama ini disulut Yahudi pun bisa diredam.

Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, penduduk terbelah. Bagi penduduk yang diam-diam masuk Islam, mereka dengan suka-rela menyambut kedatangan sosok pemersatu ini. Sedangkan yang disenggol kepentingan politiknya seperti Abdullah bin Ubay, diam-diam menyimpan kedengkian.