Eramuslim.com – Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, ingin berbaikan dengan Eropa. Pezeshkian memenangkan pemilihan presiden putaran kedua melawan Saeed Jalili yang ultrakonservatif pada 6 Juli 2024 lalu.
Pezeshkian berharap, dapat memperbaiki hubungan dengan negara-negara Eropa, meskipun dia menuduh mereka mengingkari komitmen untuk mengurangi dampak sanksi-sanksi Amerika Serikat. Melansir kantor berita AFP, Sabtu, 13 Juli 2024,
Pezeshkian menyerukan “hubungan konstruktif” dengan negara-negara Barat, untuk “mengeluarkan Iran dari isolasi”. BACA JUGA: Pendaftaran Kandidat Capres Iran Dibuka 30 Mei Pezeshkian mendukung menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar.
Washington secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018, menerapkan kembali sanksi-sanksi dan menyebabkan Iran secara bertahap mengurangi komitmen terhadap perjanjian tersebut. Kesepakatan itu bertujuan mengekang aktivitas nuklir, yang menurut Teheran bertujuan damai.
Menulis pada Jumat malam di surat kabar Tehran Times berbahasa Inggris, Pezeshkian mengatakan, setelah AS menarik diri dari perjanjian tahun 2015, negara-negara Eropa berkomitmen untuk mencoba menyelamatkan perjanjian tersebut dan mengurangi dampak sanksi AS. “Negara-negara Eropa telah mengingkari seluruh komitmen ini,” tulis Pezeshkian.
“Meskipun ada kesalahan langkah ini, saya berharap dapat terlibat dalam dialog konstruktif dengan negara-negara Eropa untuk mengatur hubungan kita pada jalur yang benar, berdasarkan prinsip saling menghormati dan pijakan yang setara,” tulisnya.
Juru bicara Uni Eropa Nabila Massrali, sebelumnya mengucapkan selamat kepada Pezeshkian, atas kemenangannya dalam pemilihan presiden. Dia menambahkan, blok beranggotakan 27 negara itu siap untuk terlibat dengan pemerintahan baru sejalan dengan kebijakan keterlibatan kritis Uni Eropa.
Pezeshkian, seorang ahli bedah jantung. Pengalaman di pemerintahan sebelumnya, sebagai menteri kesehatan sekitar dua dekade lalu. Pezeshkian dianggap sebagai “reformis” di Iran, dan merupakan satu-satunya kandidat dari kubu tersebut yang diizinkan untuk mencalonkan diri dalam pemilu.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mempunyai keputusan akhir mengenai semua masalah kebijakan utama di negara republik Islam tersebut.
(Herald)