Polisi di Norwegia Melarang Aksi Pembakaran Al-Qur’an yang telah Direncanakan.

Sebelumnya, terjadi sebuah aksi protes di ibu kota Swedia bulan lalu di dekat kedutaan Turki, di mana politisi sayap kanan Denmark-Swedia Rasmus Paludan membakar salinan Al-qur’an.

Turki mengecam Swedia atas pembakaran Alquran, serta demonstrasi terpisah oleh aktivis Kurdi yang mendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK), sebuah kelompok yang telah melancarkan pemberontakan melawan negara Turki sejak 1984 dan bahwa Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat telah menetapkan kelompok “teroris”.

Setelah aksi protes tersebut, Turki membatalkan kunjungan menteri pertahanan Swedia yang bertujuan untuk mengatasi keberatan Ankara terhadap keanggotaannya di NATO.

Swedia dan Finlandia telah membuat kemajuan menuju kesepakatan dengan Turki tentang masuknya negara-negara Nordik ke dalam aliansi militer, tetapi ketidaksepakatan telah menimbulkan keraguan atas proses tersebut.

Stockholm pada hari Kamis mengatakan akan memperketat undang-undang yang mencakup keanggotaan organisasi “teroris” beberapa bulan setelah kesepakatan dengan Turki untuk memerangi “terorisme”, yang ditujukan untuk mengatasi keberatannya terhadap keanggotaan NATO Swedia.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Rabu bahwa posisi Ankara di Finlandia “positif”, tetapi “tidak positif” di Swedia.

Menteri luar negeri Swedia Tobias Billstrom menjawab dengan mengatakan bahwa negaranya tidak akan berkompromi dengan kebebasan berekspresi, yang bukan merupakan bagian dari pakta yang ditetapkan.

Negara-negara Nordik mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO pada 18 Mei, membatalkan kebijakan non-blok mereka selama puluhan tahun.

Norwegia adalah anggota pendiri aliansi NATO, yang memiliki 30 anggota dan dibentuk pada tahun 1949. Syarat suatu negara agar dapat bergabung dengan aliansi NATO, maka diperlukan persetujuan bulat dari semua anggota.

Secara terpisah pada hari Kamis, Turki memanggil duta besar dan utusan tertinggi dari sembilan negara untuk mengutuk penutupan beberapa konsulat Eropa di Istanbul karena masalah keamanan.

Amerika Serikat dan beberapa negara besar Eropa telah menyarankan warga untuk tidak menghadiri acara massal dan menghindari wisata turis di Istanbul pusat karena ancaman teror yang meningkat.

Setidaknya tujuh negara Eropa telah menutup konsulat Istanbul mereka untuk masyarakat umum sebagai tindakan pencegahan. Konsulat AS, yang tidak berlokasi di pusat kota tetap dibuka.

 

Sumber: [Aljazeera]