“Selain itu daya tahan tubuh juga berpengaruh karena ada mekanisme kekebalan antibodi, membentuk sel untuk menghancurkan si virus,” ujarnya.
Sementara itu, ia menyebutkan virus Covid-19 adalah jenis RNA yang tidak bisa mengoreksi terjadinya mutasi. Ia menyebutkan antibodi di manusia atau di hewan pada saat infeksi virus awal bisa mengenali virus tersebut karena masih di kondisi awal.
“Tetapi saat bereplikasi dalam sel untuk bisa hidup, terjadi mutasi dan kalau tidak dikoreksi maka bagian virus yang akan menempel ke sel akan berubah termasuk anti bodi yang awalnya mengenali virus itu kemufian menjadi tidak efektif,” ujarnya.
Ia meminta sebaiknya manusia tidak mengganggu, berburu hewan itu. Manusia perlu melestarikan kelelawar ini yang memiliki ekosistem supaya bisa berimbang. Sebaliknya, ia menyebutkan kalau manusia mengganggu habitat kelelawar untuk kepentingan pembangunan, atau masalah apapun maka mamalia bersayap itu akan terganggu.
“Kalau sudah terusik maka mereka (kelelawar) akan lebih dekat berinteraksi dengan manusia. Mereka kemudian bergeser mencari makanan atau buah ke permukiman,” katanya.
Meski kabar akan kelelawar sebagai pembawa virus corona sudah merebak, masyarakat di Tomohon, Sulawesi Utara, tetap menggemari konsumsi daging kelelawar. Di sana, kelelawar biasanya dimasak seperti kari atau biasa disebut Paniki.
Kelelawar utuh digunakan di Paniki, termasuk kepala dan sayap. Kelenjar dari ketiak dan leher kelelawar biasanya dikeluarkan untuk menghilangkan bau tak sedap.
Kemudian kelelawar dipanggang atau dibakar untuk menyingkirkan bulunya. Lalu dipotong dan dimasak dalam rebusan rempah-rempah dan santan.
“Itu (coronavirus) tidak memengaruhi penjualan. Faktanya, penjualan terus berlanjut dan selalu terjual habis,” kata penjual kelelawar Stenly Timbuleng di kiosnya di pasar Tomohon, Sulawesi Utara, dilansir Reuters, Selasa (11/2).
Pada hari-hari biasa, Stenly menjual 50 hingga 60 kelelawar. Dan selama periode perayaan, ia bisa menjual hingga 600.
Menurut pakar kuliner William W Wongso, kelelawar diminati karena hewan tersebut kaya protein. “Kami belum menemukan kasus (coronavirus) di Manado. Sampai sekarang, masih banyak orang yang makan kelelawar ini. Karena kelelawar baik, terutama ketika dimasak dengan santan,” kata Wongso. “Bagian favorit saya adalah sayap,” tambah dia.. (kk/rol)