Namun memang penelitian yang dipublikasikan di 2019 tersebut bukan dilakukan di Wuhan, melainkan di China bagian selatan. Namun dia menerangkan bahwa kelelawar bisa menempuh perjalanan hingga 100 kilometer dalam satu malam untuk mencari makan, meski rara-rata daya jelajahnya 30 kilometer.
Joko yang juga melakukan penelitian terhadap virus pada kelelawar mengungkapkan timnya juga pernah menemukan adanya virus corona pada kelelawar yang ditelitinya. Namun hasil penelitian virus corona tersebut berbeda jauh dengan kasus Covid-19.
Seorang pekerja mengenakan pakaian Hazmat (Hazardous Material Suit) di sebuah pasar ikan yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1). Di pasar ikan ini muncul dugaan awal penyebaran corona.
Kendati demikian Joko tidak berani mengatakan tidak mengenai kemungkinan munculnya virus corona dari kelelawar yang bisa menulari manusia di Indonesia. Mengingat Indonesia juga memiliki banyak jenis kelelawar yang hidup di hutan maupun gua-gua di Indonesia.
Dia beralasan penelitian yang dilakukan oleh timnya baru dalam tingkat yang kecil yaitu di Sulawesi Utara dan dengan mengambil sampel yang tidak banyak. Joko mengatakan terdapat kemungkinan satwa liar lain memiliki virus yang dapat menulari manusia.
“Kalau surveinya dilakukan lebih intens, mungkin saja tidak hanya ketemu coronavirus ya, tapi mungkin virus lain yang memiliki potensi berbahaya pada manusia,” kata Joko.
Joko pun mengingatkan untuk berhati-hati ketika memiliki hobi kuliner ekstrem seperti kelelawar. Jika inang virus itu di tubuh kelelawar ternyata sesuai di tubuh manusia maka ia semakin berpotensi menginfeksi orang tersebut. Kendati demikian, ia menyebut virus di tubuh kelelawar berpotensi tinggi atau tidaknya ditularkan pada manusia bergantung cara masaknya bagaimana.
Ia menjelaskan, virus akan inaktif atau tidak bereplikasi pada suhu 56 derajat celcius atau dimasak selama 30 menit. Artinya, ia menjelaskan, ketika memasak sampai mendidih di suhu 100 derajat celcius tentu bisa mematikan virus.
Karena itu, ia menyontohkan pecinta makanan kelelawar di Minahasa, Sulawesi Utara. Hingga saat ini belum ada yang terinfeksi virus ini karena cara memasak mereka yang baik sampai matang.
Selain itu, ia menyebutkan seseorang yang terinfeksi virus tergantung jumlah virus yang masuk tubuh. Artinya semakin banyak virus yang masuk akan membuat daya tahan tubuh yang membentuk antibodi tak bisa menghancurkan seluruu virus itu.