David Hearst mengukapkan bahwa kepedulian masyarakat Inggris terhadap penindasan dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh otoritas militer terhadap lawan politiknya di Mesir, menjadi alasan utama UEA dan Arab Saudi menekan pemerintah David Cameron.
Ini diungkapkan Hearst dalam wawancara di programnya eksklusif Al – Jazeera Live Mesir pada Kamis (16/05) malam.
“Negara-negara Teluk sangat menyadari bahwa miliaran pound yang dialirkan ke Mesir seperti minyak dituangkan di atas api, dan mereka (negara Teluk) tidak akan pergi untuk menuangkan terlalu banyak ke dalamnya,” ujar Hearst.
Selain itu Hearst mengatakan Marshal Abdel Fattah al Sisi kini sedang berusaha untuk mendapatkan legitimasi bagi darinya Uni Eropa. Dan menyebut referendum konstitusi yang di serukan Sisi berada di bawah tekanan pihak militer Mesir, seperti diakui Menlu Uni Eropa Catherine Ashton.
Hearst juga menganggap bahwa Sisi tidak kompeten sebagai presiden Mesir, dan menyebut pemilu presiden yang akan digelar pada akhir bulan Mei mendatang sebagai upaya kamuflase Sisi untuk menduduki jabatan presiden dengan cara yang sah.
Di akhir wawancara Hearst mengungkapkan “Saya punya perasaan bahwa pemerintahan Sisi akan berakhir dengan darah atau pelarian ke luar negeri.” (Aljazeera/Ram)