Pembom AS Kembali Terbang di Atas Wilayah Sengketa, RRC Dongkol

b52_2Eramuslim.com – Beijing melontarkan protes lantaran pada pekan lalu, pesawat militer B-52 milik Amerika Serikat terbang dalam radius 2 mil laut dari Spratly Islands, kepulauan buatan China di lahan yang disengketakan di Laut China Selatan.

Juru Bicara Pentagon, Bill Urban, mengatakan bahwa AS memang rutin melakukan latihan operasi B-52 di Laut China Selatan.

“Misi ini dirancang untuk melatih kesiapan dan mendemonstrasikan komitmen kami untuk terbang, berlayar, dan beroperasi di manapun yang diizinkan di bawah hukum internasional,” ujar Urban seperti dikutipReuters, Sabtu (19/12).

Seorang pejabat militer AS yang enggan diungkap identitasnya mengakui bahwa pesawat tersebut tersasar ke dalam radius 12 mil laut dari Kepulauan Spratly.

Namun menurut Urban, tak ada rencana bagi B-52 untuk terbang dalam jarak 12 mil laut dari pulau buatan tersebut.

“China menghubungi kami mengenai pola penerbangan dalam misi pelatihan belakangan ini. Kami akan meneliti hal tersebut,” ujar Urban seperti dikutipReuters.

Urban juga mengatakan, latihan tersebut bukan bagian dari misi kebebasan navigasi seperti yang dilakukan USS Lassen pada Oktober lalu.

Kapal perang AS tersebut melakukan patroli di Kepulauan Spratly, wilayah kaya minyak dan gas yang juga diklaim oleh Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Taiwan.

AS mengatakan akan melakukan patroli rutin di wilayah tersebut atas dasar asas kebebasan berlayar di perairan internasional.

Sebelumnya pada November lalu, dua pesawat B-52 juga terbang di atas Kepulauan Spratly. Urban mengatakan bahwa pusat kendali China sebenarnya sudah menghubungi pesawat tersebut. Namun, pesawat itu tetap menjalankan misinya.

Menurut Urban, pesawat itu memang terbang di daerah kepulauan Spratly, namun tak memasuki zona 12 mil laut dan hanya melintas dari dan menuju Guam.

“Pesawat B-52 itu sedang melakukan misi rutin di Laut China Selatan. Kami menerbangkan B-52 di jalur udara internasional di belahan dunia itu setiap saat,” ucap juru bicara Pentagon, Peter Cook.(ts/cnn)