Seorang pelajar asal Ukraina yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Inggris, mengakui di hadapan pihak berwenang pada Senin (21/10)kemarin, telah membunuh seorang warga muslim Inggris pada April lalu.
Pavlo Apshin, seorang pemuda berusia 25 tahun sampai pertama kali di Inggris pada bulan April lalu, mengakui bahwa dirinya telah membunuh seorang warga muslim lanjut usia, Muhammad Salim (82 tahun) pada 29 April.
Dalam keterangan tersangka, dirinya mengakui bahwa sengaja menikam Salim, ketika dia sedang kembali dari salah satu masjid menuju rumahnya, Apshin membunuhnya karena kasus rasisme terhadap muslim.
Beberapa pekan pasca kejadian pembunuhan, Pavlo Asphin juga merencanakan pemboman yang ditanam dan meledak di dekat sebuah masjid di daerah Seoul dan Wolverhampton, serta Tipton di Inggris tengah.
Menurut keterangan pihak berwenang, ledakan tersebut tidak menimbulkan korban luka.
Dalam keterangannya, pihak kepolisian Inggris menyatakan “pihak keamanan telah menyita bahan kimia dan bahan peralatan pembuat bom di rumah Apshin setelah penangkapannya Juli lalu, ini menunjukkan bahwa Asphin telah mempersiapkan serangan tersebut.”
Kepala polisi Inggris, Shawn Edwards, mengatakan ” Asphin ingin memprovokasi ketegangan dan kebencian rasial di Inggris. Asphin beralasan membunuh Salim karena ia tidak putih.”
Pengadilan Old Bailey, Inggris, dijadwalkan pada hari Jumat ini akan menjatuhkan hukuman pada Apshin akibat kasus pembunuhan dan pemboman. (skynewsarabia/lndk)