PBB memperingatkan risiko tinggi akan wabah penyakit kolera di Suriah bagian barat laut yang dikuasai oposisi, setelah dua orang meninggal akibat kolera, disusul dua bencana gempa bumi yang berpusat di provinsi Kahramanmaraş Türkiye pada 6 Februari. “Risiko penyakit meningkat di tengah wabah kolera yang sudah ada sebelumnya,” kata kepala urusan kemanusiaan PBB Martin Griffiths kepada Dewan Keamanan tiga minggu setelah gempa mematikan pada 6 Februari menghancurkan bentangan luas Suriah dan Türkiye. “Harga makanan, biaya rumah tangga, dan kebutuhan pokok lainnya naik lebih tinggi,” tambahnya. Tindakan segera perlu diambil untuk memulihkan sumber air minum bagi masyarakat di kawasan itu untuk mengatasi “Ancaman kolera yang meluas di Suriah, barat lautnya dan sekitarnya,” katanya.
Pertahanan sipil yang dikelola oposisi, yang dikenal sebagai Helm Putih, mengatakan bahwa jumlah kematian terkait kolera yang tercatat di barat laut sejak wabah dimulai tahun lalu telah meningkat menjadi 22, dengan 568 kasus non-fatal lainnya dilaporkan. “Penghancuran infrastruktur, saluran air dan saluran pembuangan setelah gempa meningkatkan kemungkinan wabah penyakit,” kata White Helmets dalam tweet Dewan Keamanan PBB mengatakan wabah yang sedang berlangsung telah diperburuk oleh kekurangan air bersih yang parah di seluruh negeri. Musim hujan di Suriah mengalami kekeringan luar biasa dan suhu yang panas.
Pertama kali pada September 2022, air yang terkontaminasi di dekat Sungai Efrat, wabah tersebut menyebar ke berbagai wilayah di negara yang terpecah akibat perang selama lebih dari satu dekade.
Lebih dari 50.000 orang tewas di Türkiye dan Suriah menyusul gempa yang merobohkan ribuan bangunan dan menyebabkan kerusakan besar di seluruh wilayah tersebut.
Di Suriah, ratusan bangunan tetap berisiko runtuh dengan ribuan di kota Aleppo berpotensi membutuhkan pembongkaran, kata Griffiths
“Banyak orang, tentu saja, takut untuk kembali ke rumah mereka belum disertifikasi aman,” jelasnya.