Seluruh generasi anak-anak Suriah beresiko mengalami kemusnahan di tengah-tengah perang sipil yang terus berlanjut di negara tersebut, UNICEF mengatakan seraya menambahkan bahwa Suriah dalam kondisi genting akan dana bantuan untuk menyelesaikan krisis yang melanda anak-anak ini.
“Jutaan anak-anak di Suriah dan wilayah-wilayah sekitarnya menyaksikan sirnanya masa lalu dan masa depan mereka akibat kehancuran, hasil dari konflik yang berkepanjangan ini,” pemimpin UNICEF, Anthony Lake, mengatakan dalam sebuah laporan yang dikeluarkan dua tahun setelah konflik Suriah pecah.
Mereka menekankan bahwa hampir setengah dari 4 juta orang di negara Suriah yang sangat membutuhkan bantuan berusia di bawah 18 tahun, dan 536.000 dari mereka adalah anak-anak berusia lima tahun.
Sementara itu, sekitar 800.000 anak-anak di bawah usia 14 tahun hidup terlantar akibat konflik ini, dan lebih dari setengah juta anak-anak menjadi pengungsi di negara-negara tetangga, laporan tersebut mengatakan.
“Yang jelas, krisis ini telah memasuki tahap di mana perbaikan tidak berlaku, dengan konsekuensi besar yang memakan waktu lama bagi Suriah dan wilayah tersebut secara keseluruhan, termasuk resiko hilangnya sebuah generasi anak-anak Suriah,” UNICEF menjelaskan.
Peringatan diberikan, bahwa anak-anak, khususnya, dalam keadaan sangat lemah di tengah-tengah perang sipil yang sangat mengerikan ini, yang diawali dengan serangan brutal rezim Bashar al-Assad kepada para pejuang Suriah pada Maret 2011.
Menurut PBB, anak-anak di negara tersebut merupakan bagian dari 70.000 orang yang diperkirakan telah tewas selama dua tahun meningkatnya kekerasan. UNICEF menekankan bahwa anak-anak juga menjadi korban kecacatan, kekerasan seksual, penyiksaan, penahanan dengan sewenang-wenang.
“Jumlah anak-anak yang tidak terhitung menderita trauma psikologis; melihat anggota keluarga dibunuh, terpisah dari orangtua, dan merasa ketakutan akan serangan-serangan yang konstan terjadi,” Lake mengatakan. Ia juga menambahkan bahwa akses air bersih, sanitasi dan juga perawatan kesehatan semakin langka.
Satu dari lima sekolah di negara tersebut telah dihancurkan, laporan tersebut menunjukkan.
“Semua hal yang mereka miliki, impian mereka dan kesempatan mereka menyongsong masa depan semakin sirna,” Lake mengatakan.
(al-arabiya)