Seorang sumber politik Yaman menyebut pengkhianatan pasukan loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh di tubuh militer, menjadi penyebab utama jatuhnya ibukota Sanaa ke tangan milisi bersenjata Syiah Houthi.
Seperti dikutip kantor berita Timur Tengah London dari sumber yang tidak mau disebutkan namanya tersebut mengatakan “sejak 20 September lalu tentara militer Yaman telah berhenti untuk memerangi milisi bersenjata Syiah Houthi yang berusaha menguasai ibukota.”
Ia menambahkan “para perwira elit yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh di tubuh militer menarik pasukan dan menolak untuk mengusir milisi Houthi meskipun mereka dapat menghentikan kudeta terhadap pemerintahan revolusi Yaman.”
“Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan di tengah upaya gencar pihak militer yang masih menggempur kelompok Al Qaeda di saat yang bersamaan,” ujar sumber tersebut.
Sumber tersebut menekankan bahwa kekuatan milisi bersenjata Syiah Houthi bukanlah yang terbesar jika dibandingkan kelompok al Qaeda Yaman, akan tetapi pengkhianatan tentara loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang melemahkan posisi tentara pemerintah.
“Pada akhirnya apa yang terjadi di ibukota Sanaa sebenarnya menargetkan penggulingan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi,” tegas sumber tersebut.
Ia memperkirakan kedepannya Yaman akan menghadapi perang saudara berkepanjangan antara kelompok Syiah Houthi dan Al-Qaeda, yang telah memulai menyerang unjuk rasa warga Syiah di ibukota Sanaa. (Rassd/Ram)