Kutner mengatakan, Tamimi bukan ikon perdamaian. Melainkan seorang remaja yang mengkampanyekan kekerasan terhadap negara Yahudi di Palestina.
“Ahed Tamimi tidak berjuang untuk perdamaian. Dia (Tamimi) aktivis kekerasan dan terorisme. Institusi yang menghormatinya sama saja mendukung aksinya untuk melakukan agresi terhadap (Zionis)-Israel,” begitu kata dia.
Lantaran marah, Kutner yang mengaku sebagai salah satu pendukung Real Madrid menyatakan tak lagi menjadi suporter kesebelasan tersebut. “Mulai hari ini, saya tidak akan lagi pernah pergi ke Santiago Bernabeu,” kata Kutner.
Di Tel Aviv, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Emmanuel Nahson, juga melayangkan protes yang sama terhadap Real Madrid. Bahkan ia menyebut Real Madrid sebagai tim sepak bola yang mendukung terorisme.
“Real Madrid sudah menjadi tuan rumah bagi terorisme Palestina yang menghasut kebencian dan kekerasan,” kata Nahson.
Menurut dia, tak semestinya kesebelasan sekaliber Real Madrid mendukung kampanye Tamimi yang mengarah ke tindakan kekerasan di Palestina dan Zionis-Israel. “Apa yang mereka (Real Madrid) lakukan tidak mencerminkan nilai-nilai sepak bola,” ujar Nahson menambahkan.
Nama Tamimi menjadi ikon baru perlawanan Palestina terhadap kebijakan agresor zionis Israel. Perempuan 17 tahun itu baru keluar dari penjara pada Juli lalu, setelah delapan bulan ditahan tentara Zionis.
Tamimi ditangkap Zionis-Israel karena nekat menampar serdadu zionis saat membela keluarganya yang mempertahankan tanah Palestina dari aksi penyerobotan paksa para tentara zionis.(kl/republikaonline)