Eramuslim – Gerakan Perlawanan Islam Palestina “Hamas” mengangkat Yahya al-Sinwar sebagai pemimpin baru organisasi menggantikan mantan Perdana Menteri Ismail Haniyah dalam pemilu organisasi yang berlansung pada hari Senin (13/02) kemarin.
Yahya Ibrahim Hassan Al-Sinwar lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, selatan Jalur Gaza. Pemimpin baru Hamas ini lahir setelah 14 tahun keluarganya mengungsi dari Askalan (sekarang disebut Ashkelon) pada tahun 1948.
Setelah menempuh pendidikan di sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), Yahya Al-Sinwar masuk Universitas Islam Gaza pada awal tahun 1980-an. Di kampunsnya Yahya aktif membantu membangun ruang kuliah dan bangunan lain dalam tiga tahun sebelum akhirnya lulus dari jurusan Bahasa Arab.
Di tahun 1982 Yahya Al-Sinwar harus mendekam di dalam penjara Zionis Israel selama 4 bulan setelah penjajah Yahudi menetapkannya sebagai tahanan administratif.
3 tahun kemudian tepatnya ditahun 1985 Yahya kembali harus merasakan juruji besi penjajah Zionis Israel selama 8 bulan setelah dituduh ikut ambil bagian dalam mendirikan badan intelijen Hamas bersama dengan pemimpin senior Hamas Ibrahim Al-Maqadmeh dan Ahmed Al-Maleh.
Yahya Al-Sinwar kembali harus mendekam di dalam penjara Zionis Israel 3 tahun kemudian dengan status tahanan administratif. Di tahun 1989, penyelidikan yang dilakukan penjajah Yahudi menyatakan Yahya bersalah atas keikutsertaannya mengorganisasi Intifadah jilid I pada Desember 1987, dan dijatuhi 4 kali hukuman penjara seumur hidup.
Dan pada akhirnya di tahun 2017 Yahya Sinwar menjadi pemimpin Hamas dengan didampingi Dr. Khalil Al-Hayyah, seorang akademisi yang berulang kali menjadi target pembunuhan Israel, sebagai wakilnya. Sementara Dr. Mahmoud Al-Zahar dan Rawhi Mushtaha dipilih sebagai biro politik di Gaza. (Memo/Ram)