Eramuslim.com – Kabinet Yordania mengatakan, alasan mencegat drone milik Iran pasa hari Sabtu sebagai bagian menjaga keamanan rakyatnya.
Demikian pernyataan yang dikeluarkan kabinet negara itu setelah masyarakat dunia mempertanyakan alasan Yordania mencegat drone Iran yang ditargetkan ke koloni ilegal ‘Israel’.
Yordania mendapati dirinya terjebak dalam konfrontasi antara Iran dan ‘Israel’, menghadapi kemarahan publik di dalam negeri dan di wilayah tersebut atas perannya dalam menjatuhkan puluhan drone Iran yang menargetkan wilayah ‘Israel’ pada Sabtu malam.
Diketahui, Rezim Iran meluncurkan drone peledak dan menembakkan rudal ke wilayah ‘Israel’ pada Sabtu malam. Menurut dua sumber keamanan regional, Yordania yang terletak di antara Iran dan ‘Israel’ telah bersiaga dengan pertahanan udara untuk mencegat drone atau rudal apa pun yang memasuki wilayah udaranya.
“Beberapa puing berjatuhan di beberapa tempat pada saat itu tanpa menyebabkan kerusakan besar atau cedera pada masyarakat,” tambah pernyataan kabinet Yordania.
Jet tempur AS dan Inggris juga terlibat dalam penembakan jatuh beberapa drone Iran di wilayah perbatasan Irak-Suriah, lapor Channel 12 ‘Israel’.
Posisi Sulit Amman
Mendasari posisi gentingnya, Pemerintah Amman memanggil duta besar Iran pada hari Ahad atas komentar dari Teheran yang tampaknya mengancam Yordania karena bergabung dengan upaya yang dipimpin AS untuk mendukung ‘Israel’ dalam menembak jatuh salvo rudal yang masuk.
Pemanggilan diplomatik ini dilakukan setelah Iran tampaknya memperingatkan Yordania bahwa mereka akan menghadapi serangan sendiri jika terus membela ‘Israel’.
Sebelumnya, Kantor berita Fars melaporkan bahwa angkatan bersenjata Iran telah memperingatkan bahwa mereka “dengan hati-hati memantau pergerakan Yordania selama serangan hukuman terhadap rezim Zionis” dan jika Yordania melakukan intervensi, maka negara tersebut akan menjadi “target berikutnya”.
Berbatasan dengan ‘Israel’, Yordania menjadi tuan rumah bagi diaspora warga Palestina terbesar dan secara historis dianggap sebagai pendukung terbesar mereka di wilayah tersebut.
Para pemimpin Yordania yang sangat kritis terhadap agresi di Gaza, dimana Raja Abdullah secara terbuka mendukung upaya dalam pengiriman bantuan melalui udara di wilayah tersebut, serta istrinya, Ratu Rania, yang memiliki banyak pengikut di media sosial, menyampaikan pidato dan pernyataan yang kuat untuk membela agresi di Gaza.
Sikap tersebut tercermin dalam opini publik Yordania, dimana ribuan orang –banyak dari mereka adalah pengungsi Palestina– berdemonstrasi di luar kedutaan AS di Amman selama hampir dua minggu sebagai bentuk protes terhadap peran Washington dalam mendukung penjajah ‘Israel’.
Dalam kondisi seperti ini, intervensi militer –aksi pencegatan rudal Iran– telah memicu kemarahan di Yordania, serta di antara negara-negara tetangganya, dengan gambar di media sosial menunjukkan Raja Abdullah sebagai pengkhianat yang mengenakan bendera ‘Israel’.
Kementerian luar negeri Iran berusaha meredam perselisihan tersebut pada hari Senin, dengan juru bicaranya, Nasser Kanaani mengecilkan keterlibatan Amman pada sebuah pengarahan di Teheran.
“Saya tidak dalam posisi untuk mengkonfirmasi atau menyangkal peran Yordania dalam mencegat peluncuran ini, dan ini adalah masalah militer yang harus dikomentari oleh otoritas terkait,” katanya.
“Hubungan kami dengan Yordania bersahabat dan selama beberapa bulan terakhir telah terjadi kontak terus-menerus antara para pejabat dari kedua negara,” tambah Nasser.
Di Amman, para pejabat bersikeras bahwa keterlibatan Yordania adalah untuk membela diri dan melindungi kedaulatan wilayah udaranya. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman al-Safadi, yang merupakan suara diplomatik yang penuh semangat untuk Palestina selama enam bulan terakhir, mengatakan kepada TV lokal bahwa penilaian telah dilakukan bahwa ada bahaya nyata dari jatuhnya drone dan rudal Iran di Yordania, dan angkatan bersenjata menangani bahaya ini.
Jika ancaman datang dari ‘Israel’, katanya, Yordania akan mengambil tindakan yang sama. Dia mengatakan akar penyebab krisis ini masih terletak pada perlakuan ‘Israel’ terhadap warga Palestina dan penolakan ‘Israel’ untuk menerima solusi dua negara.
Sementara pendukung pro-rezim Yordania juga mengeluarkan pernyataan lebih lanjut yang mengatakan: “Kami bukan sekutu pelindung atau boneka ‘Israel’. Tindakan Jordan sejalan dengan kepentingan keamanannya sendiri,” katanya.
(Hidayatullah)