Eramuslim – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pemerintah Zionis Israel sengaja menunda atau menolak dua dari setiap lima pasien di Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis. Tudingan ini disampaikan WHO dalam laporan bulanan.
Tercatata selama periode Juli kemarin, dua warga Palestina, seorang anak laki-laki berusia lima tahun dan seorang pria berusia 22 tahun, meninggal sambil menunggu izin untuk meninggalkan wilayah yang diblokade tersebut untuk memperoleh perawatan.
Data yang diperoleh WHO menyatakan sebanyak 42,6 persen pasien tidak memperoleh izin dimana 45 dari total 1.847 aplikasi ditolak, sementara 742 tertunda tanpa tanggapan dari Israel. Di antara mereka yang tertunda, 153 anak di bawah umur dan 89 orang di atas 60 tahun.
Sementara itu, sebagian besar izin untuk pendamping pasien juga ditolak pada bulan Juni, dengan hanya 47,7 persen dari 2.013 pemohon mendapatkan persetujuan untuk menemani orang yang mereka cintai ke rumah sakit.
Laporan tersebut mengatakan 94 pasien (57 laki-laki dan 37 perempuan) diminta untuk diinterogasi oleh Layanan Keamanan Umum Israel di Erez pada bulan Juli. Dan hanya lima pasien yang diberikan izin untuk menerima perawatan
Dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (12/9), Yousef Zourub, seorang pria berusia 22 tahun dengan penyakit gaucher, mengalami kasus pneumonia parah dan melewatkan beberapa pengobatan di Rumah Sakit Makassed di Yerusalem Timur yang diduduki setelah permohonannya untuk izin keluar Israel tidak dikabulkan.
Setelah permohonannya untuk menerima perawatan di rumah sakit pada tanggal 16 Juli, Layanan Keamanan Umum Israel meminta agar Zourub menghadiri interogasi keamanan di perbatasan Israel Erez pada hari itu. Namun, dia meninggal di Rumah Sakit Gaza Eropa pada hari tersebut. (Rol/Ram)