Muath sendiri mengaku bahwa pada saat kejadian dia berdiri di tengah kerumunan dengan mengenakan jaket anti-peluru dengan tanda pers dan helm yang jelas.
“Tiba-tiba saya merasakan sesuatu mengenai mata saya, saya pikir itu adalah peluru karet atau batu. Saya meletakkan tangan ke mata saya dan tidak menemukan apa-apa, saya tidak bisa melihat dan mata saya benar-benar hilang,” ujarnya, seperti dimuat Middle East Monitor.
Meski begitu pihak Israel membantah telah dengan sengaja menargetkan Muath. Mereka mengatakan hanya menggunakan senjata pemusnah kerumunan yang tidak mematikan dalam demonstrasi itu.
Apa yang menimpa Muath menjadi sorotan internasional. Rekan-rekan sesama wartawan dari berbagai belahan dunia melakukan aksi solidaritas untuk Muath dengan mengunggah foto-foto diri mereka sendiri dengan satu mata tertutup.
Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pelanggaran Israel terhadap kebebasan pers terutama ketika meliput protes anti-pendudukan.Deck Moore, wakil editor asing di National, memposting di Twitter,” Mata kebenaran tidak akan pernah dibutakan. Hari ini, puluhan jurnalis Palestina memprotes penembakan Muath Amarneh, yang kehilangan akal,”.
Bukan hanya itu, ada juga kampanye online menggunakan tagar yang mencakup “MuathEye”, “EyeofTruth” dan “MuathAmarneh” untuk menyuarakan kebebasan pers.(kl/rmol)