Warga Yahudi Terkena Gangguan ‘Mental’, Psikiater Israel Malah Ingin Hengkang ke Inggris

Eramuslim.com – Puluhan psikiater yang bekerja di bawah sistem kesehatan mental pemerintah “Israel” belakangan ini berpindah ke Inggris, menurut sejumlah sumber di sektor tersebut kepada media.

Setelah Operasi Taufan Al-Aqsha (Badai Al-Aqsa), ERAN yang merupakan Layanan Pertolongan Pertama Kesehatan Mental “Israel” melaporkan lonjakan permintaan perawatan psikologis dan PTSD di kalangan warga dan pemukim Zionis Yahudi mencapai 100.000 permintaan.

Media “Israel” melaporkan lonjakan gangguan kesehatan mental dan psikologis di kalangan pemukim Israel, dan jumlah tersebut terus meningkat.

Pada tanggal 23 Desember, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup menunjukkan bahwa “kesehatan mental warga Israel lebih buruk dari sebelumnya” setelah perlawanan para pejuang Palestina lewat Operasi Taufan Al-Aqsha.

Minggu lalu, para kepala klinik kesehatan mental menulis surat kepada Pengawas Keuangan Negara, Matanyahu Englman, yang mengatakan, “sistem kesehatan mental Israel hampir runtuh.”

Menurut sumber-sumber dalam sistem perawatan kesehatan jiwa, banyak dokter yang pergi berpikir untuk melakukannya sebelum peningkatan beban kerja yang terjadi setelah 7 Oktober, di tengah kegagalan reformasi peradilan Netanyahu.

Ratusan psikiater telah mengikuti ujian lisensi untuk membuka praktik medis di Inggris dalam beberapa bulan terakhir. Dua belas di antaranya telah menyatakan niat mereka untuk pergi.

Namun, seorang administrator senior dalam sistem kesehatan mental di “Israel” menyatakan bahwa niat mereka bukan karena gaji yang lebih baik, melainkan karena “frustrasi atas beban kerja yang berat” dan situasi yang semakin memburuk sejak perang di Gaza dimulai.

Semakin Parah

Pada tanggal 23 Desember, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup menunjukkan bahwa “kesehatan mental warga Israel lebih parah dari sebelumnya” setelah peristiwa Taufan Al-Aqsha.

Menurut Gallup, setelah operasi 7 Oktober, kesehatan emosional warga Israel lebih buruk dari sebelumnya, dengan menyatakan bahwa “mayoritas warga Israel sekarang mengatakan bahwa mereka mengalami kekhawatiran (67%), stres (62%), dan kesedihan (51%) pada sebagian besar hari sebelumnya. Lebih dari sepertiga (36%) juga melaporkan mengalami banyak kemarahan.”

“Israel” saat ini memegang rekor angka 47 dalam indeks Gallup untuk pengalaman negatif. Sejak dimulainya jajak pendapat global pada tahun 2006, tidak ada “negara” lain yang mengalami peningkatan pengalaman negatif yang begitu besar setiap tahunnya.

(Hidayatullah)

Beri Komentar