Dalam sepekan terakhir terlihat pemandangan berbeda di Masjid al Aqsha, masjid yang menjadi kiblat pertama umat Muslim ini justru menjadi tempat peribadatan warga Yahudi dalam melakukan ritual Talmud.
Seperti dilansir sejumlah surat kabar lokal Yerusalem menyatakan “kini pemandangan di Masjid al Aqsha telah berubah, kita dapat melihat warga Yahudi berada di dalam komplek Masjid sedangkan umat Muslim hanya berdiri di gerbang masuk komplek masjid.
Tercatat sejak hari Minggu (12/10) lalu, pemerintah Israel menerapkan aturan yang hanya memperbolehkan warga Muslim 50 tahun ke atas untuk masuk menunaikan ibadah di Masjid al Aqsha.
Seorang pemimpin Yahudi, Yishai Fleisher, mengaskan bahwa “Jika kami tidak diperbolehkan untuk berdoa di Bukit Bait Suci, kami tidak akan membiarkan umat Islam untuk menunaikan ibadah di bukit tersebut,” mengacu pada Masjid al Aqsha.
Yishai Fleisher menambahkan “kami tidak ingin menghentikan umat Muslim beribadah, dan juga tidak ingin mereka (Muslim) menghentikan kami melakukan doa di al Aqsha. Kami menginginkan pembagian tempat dan waktu di al Aqsha seperti yang terjadi di Masjid Ibrahimi di kota Hebron, karena kami juga memiliki hak untuk melakukan ibadah kami di sana.”
Sementara itu anggota Knesset Israel, Miri Regev, mengatakan “Ini adalah negara Israel, negara bangsa Yahudi, Bagaimana mungkin tidak mengizinkan orang-orang Yahudi untuk berdoa di tempat yang mereka inginkan.”
Akan tetapi justru sangat disayangkan bahwa bangsa Arab dan pemerintahan Muslim di dunia hanya bisa mengutuk aksi pengepungan warga Yahudi di Masjid al Aqsha tanpa adanya tindakan lebih lanjut. (Alarabiya/Ram)