Ribuan rakyat Palestina memenuhi jalan-jalan di kota Ramallah, Tepi Barat, meyerukan agar Hamas dan Fatah bersatu demi kepentingan rakyat Palestina.
Perseteruan Fatah dan Hamas–dua faksi terbesar di Palestina–sudah berlangsung selama tiga tahun lebih, sehingga kekuasaan di Palestina terpecah menjadi dua; Hamas berkuasa di Tepi Barat dan Fatah berkuasa di Tepi Barat.
"Saya datang ke sini untuk menunjukkan solidaritas pada rakyat Palestina, dan ingin menyaksikan perpecahan berakhir karena cuma ada satu bangsa, satu rakyat," kata Amira Silman, salah seorang warga Ramallah yang ikut turun ke jalan.
"Rakyat Palestina seharusnya tidak terpisah dan terbagi, kita semua satu–sudah tiba saatnya bagi kita untuk bersatu," tukas Silman.
Pengunjuk rasa lainnya, Murad Jadallah mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap kinerja Otorita Palestina yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas.
"Kami tidak menginginkan pemilu, yang kami inginkan adalah persatuan nasional Palestina. Otorita Palestina yang kita miliki sekarang adalah hasil dari perjanjian Oslo. Kami, sebagai rakyat Palestina menuntut agar perjanjian Oslo dibatalkan," tandas Jadallah.
Revolusi Mesir yang berhasil menumbangkan rezim Mubarak, membuat Otorita Palestina khawatir akan terjadinya revolusi serupa di Palestina. Untuk mengantisipasi kemungkinan revolusi itu, Otorita Palestina membubarkan kabinetnya dan menawarkan pelaksanaan pemilu bulan September mendatang. Tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Hamas.
Dalam aksi massa itu, para pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan anti-AS. Mereka mengecam AS yang kemungkinan akan mem-veto resolusi Dewan Keamanan terkait pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat.
"Veto itu sudah tidak berarti lagi buat kita, kami tetap akan mempertahankan tanah air kami, kami akan tetap kuat dan mempertahankan negeri ini. Insya Allah, kami akan tetap menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Palestina," teriak Imad El Imleh, salah seorang pengunjuk rasa. Sementara demonstran lainnya membakar bendera AS. (ln/aljz)