Warga Palestina: Mereka Semua Ular Berbisa

Rakyat Palestina tidak berharap banyak dengan pemerintahan baru Israel yang akan datang. Bagi rakyat Palestina setiap pemerintahan baru di Israel terbukti lebih buruk dan lebih ekstrimis dibandingkan pemerintahan sebelumnya.

"Selama 40 tahun kami menunggu pemerintahan Israel yang bisa menciptakan perdamaian dan mengakhiri penjajahan. Tapi ternyata, setiap pemerintahan baru di Israel membuktikan bahwa mereka lebih buruk dan lebih ektrimis dibandingkan pendahulunya," kata Ahmad, warga Palestina yang bekerja sebagai sopir taxi di kota Al-Khalil (Hebron.)

Pernyataan Ahmad tidak berlebihan karena para pimpinan partai kuat yang ikut pemilu Israel, seperti Tzipi Livni, Benjamin Netanyahu, Ehud Barak dan Avigdor Lieberman adalah figur-figur yang menghalalkan segala cara untuk menghancurkan dan menindas rakyat Palestina.

Lieberman dari Partai Yisrael Beitenu, seorang Yahudi imigran dari Rusia yang dikenal rasis dalam masa kampanye bahkan pernah menyerukan pemboman ke seluruh Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dan saat agresi brutal Israel ke Gaza, Lieberman dilaporkan menyerukan penggunaan bom nuklir untuk membantai rakyat Palestina.

Buat Ahmad, siapa pun yang memenangkan pemilu Israel adalah kabar buruk bagi rakyat Palestina dan proses perdamaian. Ahmad, seperti sebagian besar rakyat Palestina lainnya tidak melihat akan adanya perubahan substansial antara partai-partai sayap kanan dan sayap kiri seperti Partai Kadima dan Partai Buruh.

 "Semuanya seperti ular berbisa dengan warna-warna berbeda," tukas Ahmad.

Ia melanjutkan,"Anda mungkin menganggap analogi itu terlalu ekstrim. Tapi menurut saya tidak. Apa yang kami harapkan dari Likud, Lieberman dan partai-partai yang berdasarkan agama, jika Israel tetap tidak segan-segan membantai dan membunuh anak-anak Palestina dengan senjata dan bom-bom fosfor."

Analis politik Hani al-Masri yang tinggal di Kota Nablus, Tepi Barat mengatakan, rakyat Palestina yakin proses perdamaian akan mengalami kemunduran jika Likud memenangkan pemilu di Israel, apalagi Partai Likud tidak setuju dengan solusi dua negara dan menolak pembentukan negara Palestina yang berdaulat.

"Dengan partai Kadima saja, upaya perdamaian yang dilakukan oleh otoritas Palestina tidak membuahkan hasil. apalagi dengan Likud yang menolak solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina," kata Al-Masri.

Menurutnya, seluruh faksi di Palestina harus bersatu dan membangun kekuatan yang solid untuk menghadapi pemerintahan Israel yang baru nanti. "Kita harus membangun kembali kekuatan karena Israel dan sebagian besar negara di dunia, tidak akan menghormati kita jika kita lemah dan terpecah belah," tegas Al-Masri.

Sementara itu, Ahmad Yusuf, penasehat politik Ismail Haniyah-perdana menteri Palestina di Gaza-menyatakan rakyat Israel sedang digiring menjadi orang-orang Yahudi yang fasis. Ia menilai negosiasi perdamaian dengan para ekstrimis di Israel hanya buang waktu saja.

"Saya mengatakan ini karena kita semua tahu Partai Likud dan aliansinya dengan kelompok-kelompok agama di Israel hanya ingin memperluas ekspansi di Palestina, melakukan yudaisasi di Al-Quds, membangun lebih banyak lagi pemukiman Yahudi dan ingin memupuskan harapan kami untuk membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan Zionis," papar Yusuf.

Oleh sebab itu Yusuf menyerukan dunia Arab dan Muslim untuk tidak terlalu menanggapi pernyataan-pernyataan Israel tapi lebih melihat apa yang telah Israel lakukan terhadap bangsa Palestina.

"Mereka hanya akan mengobral pernyataan yang manis tentang perdamaian, tapi mereka terus memperluas tanah jajahannya di Palestina. (ln/iol)