Warga Palestina melakukan aksi protes keras di Yerusalem pada Selasa kemarin (16/3) setelah utusan dari presiden Barack Obama untuk Timur Tengah membatalkan rencananya kembali ke wilayah tersebut, akibat adanya ketegangan antara AS-Israel terkait rencana pembangunan pemukiman Yahudi.
Ratusan demonstran Palestina pada Selasa kemarin harus bentrok dengan polisi Israel di beberapa lokasi yang ada di Yerusalem Timur. Polisi Israel membalas demonstran Palestina dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.
"Kami datang untuk melemparkan batu karena hanya itu yang kami miliki dan situasi di Yerusalem saat ini dalam kondisi berbahaya," kata seorang pengunjuk rasa dalam sebuah konfrontasi di sebuah pos pemeriksaan militer Israel, yang mengingatkan orang pada masa-masa awal Intifadhah Palestina yang dimulai pada tahun 2000.
Pejabat medis mengatakan setidaknya 40 warga Palestina yang dirawat di rumah sakit, dan kejadian ini menjadi gejolak yang paling serius di kota suci dalam beberapa bulan terakhir. Polisi mengatakan 15 petugas terluka, satu orang tertembak di tangannya oleh seorang penembak tak dikenal. Sekitar 60 orang ditahan.
Kekerasan di Yerusalem adalah tantangan lain bagi Obama dalam upayanya untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai Israel-Palestina, yang dibekukan sejak Desember 2008, yang telah diatur AS agar melanjutkan proses dalam bentuk negosiasi tidak langsung di bawah mediasi AS.
Rencana Israel membangun 1.600 rumah bagi para pemukim Yahudi di tepi Barat, telah memicu kemarahan warga Palestina dan Washington sendiri lewat wakil presiden AS Joe Biden mengecam rencana tersebut.
Sengketa itu digambarkan oleh Duta Besar Israel di Washington sebagai krisis paling parah dalam sejarah hubungan bilateral AS-Israel.(fq/aby)