Warga Palestina di Yerusalem menyatakan akan memboikot pemilihan walikota Yerusalem yang dilaksanakan hari Selasa waktu setempat. Boikot yang dilakukan warga Palestina sebagai bentuk penolakan mereka atas pendudukan Israel di Yerusalem Timur milik bangsa Palestina.
Yerusalem berpenduduk 750.000 jiwa, 260.000 diantaranya adalah orang-orang Palestina. Sejak Zionis Israel merebut Yerusalem dalam Perang Enam Hari tahun 1967, banyak warga Palestina di Yerusalem yang diusir dari rumahnya oleh tentara-tentara Zionis. Sampai saat ini, Israel masih menduduki kota Yerusalem meski pendudukannya tidak pernah diakui dunia internasional.
Pemilihan walikota Yerusalem juga hanya menjadi ajang persaingan antara kalangan Yahudi ortodoks yang masih mengenakan baju tradisional Yahudi berwarna hitam panjang dan masih pergi ke sinagog saat hari Sabath dan hari besar Yahudi dengan kalangan Yahudi metropolis yang sekular dan suka mengunjungi bar-bar atau kafe.
Para kandidat calon walikota Yerusalem antara lain Meir Porush, seorang rabbi Yahudi ultra-ortodoks, Nir Barkat pengusaha di bidang IT dan penasehat dewan kota dan Arkady Gaydamak, seorang imigran asal Rusia yang juga seorang pengusaha. Kandidat yang harus meraih suara sebesar 40 persen, jika perolehan suara kurang dari jumlah itu akan dilakukan pemilihan ulang.
Menurut pengamat politik di Universitas Bar-Ilan, Tel Aviv, pemilihan walikota Yerusalem kali ini merupakan pertarungan antara Yahudi ultra-ortodoks dengan Yahudi sekuler dan isu utamanya adalah masalah perbedaan budaya.
Rabbi Porus diproyeksikan akan memenangkan pemilihan, karena rendahnya keikutsertaan kalangan sekuler dalam pemilihan ini. Porus sempat membuat kalangan Yahudi sekuler berang karena mengatakan tidak akan ada walikota Yerusalem dari kalangan non-ortodoks dalam 10 tahun mendatang.
Siapapun yang menjadi walikota Israel, warga Palestina di kota itu tetap hidup dalam penderitaan dibawah penjajahan Zionis Israel. Apalagi dua kandidat walikota itu, Phorus dan Barkat sama-sama mendukung perluasan pemukiman Yahudi di Yerusalem. Minggu lalu, polisi Israel mengusir paksa satu keluarga Palestina dari rumah yang telah mereka tinggali selama lebih dari 50 tahun, untuk ditempati pemukim Yahudi.(ln/aljz)