Para muhajirin Gaza terpaksa bertahan hidup hanya dengan 3% dari kebutuhan air minimum harian, lapor badan kemanusiaan PBB sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Sabtu (25/5/2024).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) merilis informasi terkini mengenai situasi yang memburuk di Gaza; seiring meningkatnya penyebaran penyakit menular dan kondisi para pengungsi yang sangat kekurangan air ketika penjajah ‘Israel’ mengintensifkan serangannya dari utara ke selatan.
Saat ini, tidak ada rumah sakit yang dapat diakses di Gaza utara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan.
Dan pada hari Jumat (24/5/2024), hanya Rumah Sakit al-Awda yang masih dianggap berfungsi – itu pun hanya sebagian, tidak sepenuhnya berfungsi – di Gaza utara, meskipun rumah sakit tersebut juga tidak dapat diakses di tengah kepungan militer penjajah laknatullah.
International Rescue Committee dan organisasi Medical Aid for Palestinians melaporkan bahwa di Gaza tengah, para muhajirin terpaksa bertahan hidup hanya dengan 3 persen dari kebutuhan air minimum yang direkomendasikan secara internasional.
UNOCHA mengungkapkan, di salah satu tempat penampungan bagi muhajirin, 10.000 orang hanya bisa mendapat 4.000 liter air per hari; yang berarti sekira 0,4 liter per orang, untuk minum, mencuci, memasak, dan bersih-bersih.
Anak-anak balita merupakan kelompok yang paling terkena dampaknya, dengan kelompok usia tersebut menyumbang 29 persen kasus infeksi saluran pernapasan akut, 33 persen kasus diare berdarah, dan 28 persen kasus diare cair.
Program Pangan Dunia (WFP) pekan ini memperingatkan bahwa jika makanan dan pasokan kemanusiaan tidak segera masuk ke Gaza dalam jumlah besar, kelaparan massal akan menyebar.
Sebagian Bantuan Makanan di Mesir Membusuk
Sebagian persediaan makanan yang menunggu masuk Gaza dari Mesir mulai membusuk dan menimbulkan banyak belatung akibat ditutupnya akses perbatasan Rafah, lapor Al Jazeera pada Sabtu (25/5/2024).
Rafah adalah pintu masuk utama bantuan kemanusiaan sebelum penjajah ‘Israel’ meningkatkan agresi brutalnya dan mengambil kendali penyeberangan dari pihak Palestina pada awal bulan ini.
PBB mengatakan, sejak Rafah diambil alih penjajah zionis, belum ada lagi truk yang dapat melintasi pagar pembatas Gaza.
Khaled Zayed dari Bulan Sabit Merah Mesir di Sinai, menjabarkan bahwa jumlah bantuan (yang tertahan) sangat besar akibat penutupan akses masuk oleh pihak ‘Israel’.
Beberapa paket bantuan kondisinya sudah tak layak lagi karena terus terpapar sinar matahari dan terpaksa dibuang.
Salah satu sopir truk, Mahmoud Hussein, mengatakan bahwa barang-barangnya yang dimuat di kendaraannya selama sebulan, lambat laun menjadi rusak akibat terus berada di bawah sinar matahari.
Beberapa bahan makanan terpaksa dibuang. Sementara itu, sebagian yang lain dijual dengan harga murah. (Aljazeera/Sahabat Al-Aqsha)