Puluhan warga Palestina di Bil’in berhasil meruntuhkan sisi tembok pemisah di dekat Bandara Qalandia, Yerusalem Utara. Aksi tersebut dilakukan warga Palestina bersamaan dengan peringatan 20 tahun diruntuhkan Tembok Berlin di Jerman.
Ini adalah kali kedua, selama satu pekan ini, warga Palestina berhasil membongkar sisi tembok yang juga disebut "tembok apartheid". Senin kemarin, ratusan aktivis pro-Palestina menggelar aksi massa di sisi tembok dekat Qalandia sambil melambai-lamabikan bendera Palestina dan meneriakan yel-yel "ke Yerusalem kami akan pergi, bersama jutaan syuhada." Yel-yel ini sangat terkenal di Palestina, karena sering dilontarkan mantan Presiden Palestina Yasser Arafat dalam setiap pidatonya.
Setelah puluhan warga Palestina berhasil membongkar sisi tembok di Qalandia, tentara-tentara Israel langsung dikerahkan ke lokasi itu dan menembakkan gas air mata pada para pengunjuk rasa. Aktivis dari Komite Popular Anti-Tembok Israel di kota Bil’in, Abdullah Abu Rahma mengatakan, pembongkaran sisi tembok itu baru langkah awal dari berbagai rencana aksi yang akan mereka lakukan selama beberapa hari mendatang.
"Aksi ini kami lakukan untuk menunjukkan keteguhan dan penolakan rakyat Palestina terhadap pembangunan tembok pembatas di atas tanah mereka," kata Abu Rahma.
Israel membangun tembok pemisah yang membelah wilayah Tepi Barat, antara kota Yerusalem dan Bethlehem sejak tahun 2002 dengan alasan demi keamanan Israel. Untuk keperluan pembangunan tembok itu, Israel merampas tanah-tanah milik rakyat Palestina serta memisahkan warga Palestina dengan tanah-tanah pertanian milik mereka. Dengan adanya tembok tersebut, rakyat Palestina di Tepi Barat seperti terpenjara di tanah airnya sendiri.
Tahun 2004, Pengadilan Internasional di Hague mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa tembok pembatas yang dibangun Israel itu ilegal dan harus dibongkar. Namun Israel tidak mengindahkan resolusi itu dan tetap meneruskan pembangunan tembok pembatas sepanjang 900 kilometer tersebut.
Para aktivis lokal maupun asing setiap Jumat melakukan aksi protes di desa Bil’in untuk menuntut dibongkarnya tembok tersebut. Aksi-aksi itu kadang direspon dengan kekerasan oleh tentara-tentara Zionis.
Bersamaan dengan peringatan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman pada 9 November 1989, warga Bil’in juga mengeluarkan pernyataan sikap yang isinya menyerukan gerakan massa ke Yerusalem dan melakukan perlawanan seperti yang pernah dilakukan lewat gerakan Intifada tahun 1987.
"Kami menyerukan kepemimpinan nasional untuk bersatu dan memimpin gerakan massa yang terdiri dari seluruh faksi politik, organisasi massa dan rakyat Palestina mulai dari Tepi Barat sampai Galur Gaza. Gerakan massa ini merupakan strategi untuk memobilisasi dukungan internasional untuk mengakhiri ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina dibawah penjajahan Israel dan mendirikan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukotanya," demikian isi pernyatan itu. (ln/IMEMC)