“Amunisi seperti itu dilarang secara internasional, tetapi ‘Israel’ terus menggunakannya terhadap para demonstran yang berunjuk rasa dengan damai,” tambahnya.
Fahad Zuhd (28), berada di rumah sakit selama dua pekan terakhir setelah ditembak di kaki saat mengambil bagian dalam aksi damai di perbatasan Gaza yang sedang berlangsung.
Ketika dia ditembak, Zuhd mengungkapkan lututnya meledak. Dia kehilangan 8,5 cm tulang saat pembuluh darah dan arteri di kakinya pecah.
“Ketika saya tiba di rumah sakit, saya hanya memiliki tiga setengah unit darah karena pendarahan yang parah,” ujar Zuhd kepada Anadolu Agency.
Zuhd telah menjalani beberapa operasi yang bertujuan untuk menggantikan tulang yang dihancurkan oleh peluru ledak tersebut.
Korban lain dari peluru baru yang mematikan ini adalah wartawan Palestina Yasser Murtaja. Dia meliput demonstrasi pada Jumat 6 April lalu. Yasser ditembak di bagian perut oleh seorang sniper “Israel”.
Murtaja meninggal tak lama kemudian ketika peluru itu meledak di perutnya, menghancurkan limpa, usus besar dan hatinya.
Gas Misteri
Al-Qidra juga mencatat senjata baru mematikan kedua yang sekarang digunakan oleh tentara “Israel”: gas misterius. Gas misterius ini menyebabkan ratusan pengunjuk rasa menderita asfiksia sementara dan menunjukkan gejala-gejala yang tidak biasa lainnya.
“Kami masih belum memahami sifat tepatnya gas ini,” katanya. “Yang kami tahu adalah itu menyebabkan kejang yang hebat, muntah, batuk dan detak jantung yang cepat,” ujar al-Qidra.