Uni Eropa akhirnya sepakat menghentikan sementara bantuan ke Palestina. Sementara ribuan orang di Palestina turun ke jalan memprotes keputusan tersebut, karena dianggap telah mencederai demokrasi yang telah memilih Hamas sebagai pemerintah Palestina.
Para petinggi Eropa menyebutkan bahwa perhimpunan Menteri Luar Negeri Eropa telah menetapkan untuk menghentikan bantuan terhadap pemerintah Palestina. Langkah itu dilakukan untuk menekan Hamas untuk mengikuti persyaratan yang dikehendaki Eropa, terkait pelucutan senjata, pengakuan eksistensi Israel dan tunduk pada perundingan damai. Uni Eropa menolak jika dikatakan aksi penghentian bantuan ini terkait kemenangan Hamas secara demokratis. Mereka menganggap langkah ini adalah untuk menekan Hamas agar merubah prinsip perjuangan mereka yang menurut Uni Eropa tidak sesuai dengan rangkaian proyek perdamaian sebelumnya. Uni Eropa sebelum ini menyalurkan dana sebesar 600 juta dolar per tahun untuk Palestina.
Sementara itu Dewan Palang Merah Internasional menyampaikan kesiapannya untuk menambah bantuan kepada pemerintah Palestina yang kini tengah mengalami krisis ekonomi sangat berat. Meski demikian, Palang Merah Internasional menekankan bahwa bantuan itu hanyalah bantuan kemanusiaan saja sekedar agar Palestina tidak mengalami krisis yang lebih hebat. “Kami sangat gelisah dengan dibekukannya bantuan terhadap Palestina, dan dikhawatirkan akan memunculkan krisis kemanusiaan, ekonomi dan keamanan yang lebih besar,” ujar salah satu pejabat Palang Merah Internasional. Ia juga menyebutkan bahwa Israel bertanggung jawab secara khusus sesuai undang-undang internasional untuk membuka jalur bantuan kepada Palestina.
Di Jalur Ghaza, ribuan orang turun ke jalan di depan gedung PBB. Mereka menyerahkan surat kepada PBB yang memprotes penghentian bantuan kepada Palestina. Di antara demonstran, ada spanduk bertuliskan, “Di mana Penghormatan terhadap Kedaulatan Rakyat?”, “Tidak, terhadap Aksi Pelaparan Rakyat Palestina”, “Inikah Demokrasi yang Diserukan Barat?”
Dalam surat yang disampaikan ke PBB itu, para demonstran menyatakan tekadnya untuk tetap melanjutkan perlawanan bersenjata mengusir penjajah Israel sebagai pilihan satu satunya dan pilihan strategis. (na-str/iol)