Pusat Studi Palestina mengutuk tindakan pihak berwenang Israel yang mencegah warga dari Jalur Gaza untuk mengunjungi anak-anak mereka di penjara Israel dengan alasan hari libur nasional dan memburuknya situasi keamanan di wilayah israel.
Dalam siaran pers hari Senin (17/03) kemarin, Pusat Hak Asasi Manusia di Jalur Gaza mengatakan “mencegah kunjungan keluarga tahanan dari Jalur Gaza sekali atau dua kali berturut-turut mengarah pada pencabutan izin kunjungan tahanan bagi warga Gaza untuk waktu yang lama.”
Pusat Hak Asasi Manusia menambahkan “warga asal Gaza tidak setiap pekan untuk dapat pergi mengunjungi sanak saudara mereka, izin dari pemerintah Israel yang berbelit memaksa tahanan menunggu selama beberapa bulan kedepan sehingga mereka melakukan kunjungan lagi.”
Komite Internasional Palang Merah menyerukan pemerintah Israel untuk selalu membuka perlintasan Beit Hanoun (Erez) di sebalah utara Jalur Gaza, agar dapat memberikan kesempatan warga Palestina mengunjungi keluarga mereka di tahanan setiap minggunya.
Tercatat ada sekitar 5000 tahanan Palestina di dalam penjara Israel termasuk 420 orang diantaranya berasal dari Jalur Gaza. Warga Gaza yang dipenjara Israel adalah para tahanan lama dan dihukum dalam waktu yang lama.
Sebelumnya pada tahun 2012 lalu, pemerintah Israel memberlakukan larangan kunjungan tahanan selama 6 tahun berturut-turut terhadap para tahanan asal Jalur Gaza.
Akan tetapi kebijakan tersebut batal setelah Mesir memediasi antara Jalur Gaza dan Tel Aviv untuk membicarakan permasalahan tersebut setelah adanya mogok makan massal para tahanan selama 28 hari pada bulan April 2012 lalu. (Almasryalyaoum/Ram)