Pejabat senior Fatah, tak biasanya melakukan kunjungan ke Jalur Gaza dan melakukan pertemuan dengan para petinggi Hamas di wilayah itu.
Nabil Shaath, anggota komite sentral Fatah disambut hangat oleh Ismail Haniya, tokoh Hamas yang terpilih sebagai perdana menteri Palestina dalam pemilu tahun 2006 tapi kemudian dipecat secara sepihak oleh Presiden Palestina, Mahmud Abbas.
Shaath yang masuk ke Gaza lewat perbatasan Erez di Israel menyatakan dirinya ke Gaza untuk membicarakan masalah rekonsiliasi. Ia membantah spekulasi bahwa kedatangannya ke Gaza membawa misi rahasia.
"Saya ingin melihat situasi di Gaza dan kondisi warganya. Saya mengunjungi bagian dari wilayah Palestina sehingga tidak perlu pakai visa. Saya melakukan kontak dengan saudara-saudara saya di Hamas dan semua faksi di Palestina, mereka semua tahu kunjungan ini. Tidak ada misi rahasia," tukas Shaath pada para wartawan di perbatasan Erez.
Ia menambahkan, dengan berkunjung ke Gaza ia ingin menciptakan iklim yang lebih baik agar Hamas mau menandatangani dokumen Mesir. Dokumen yang dimaksud adalah kesepakatan yang diajukan Mesir untuk rekonsiliasi Fatah-Hamas.
Fatah sudah menandatangani kesepakatan itu bulan Oktober 2008, tapi Hamas menolak menandatanganinya. Hamas menilai kesepakatan itu tidak mencantumkan banyak hal yang sebelumnya sudah disetujui antara Hamas dan Fatah.
Hubungan Hamas-Fatah memburuk setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang didukung Barat secara sepihak memecat Ismail Haniya dari jabatan perdana menteri dan menggantikannya dengan Salam Fayyad.
Ketegangan antara keduanya diwarnai bentrokan senjata dan akhirnya Hamas berhasil menguasai wilayah Gaza pada tahun 2007 hingga sekarang. (ln/imemc/afp)