Beberapa hari balasan sengit yang dilakukan pasukan Hizbullah Libanon terhadap Israel, media-media Israel mulai melansir sejumlah kesaksian prajurit dan pimpinan intelejen Israel tentang kekuatan perang Hizbullah dan kecanggihan strategi yang tampak jelas dalam variasi serangan yang dilakukan ke sejumlah titik Israel.
Islamonline, melansir pernyataan pengamat politik Palestina sekaligus pakar masalah Israel, Shalih Naami. Ia mengatakan, “Kaum Muslimin Arab dan dunia penting sekali mendengarkan kesaksian yang disampaikan para prajurit dan pimpinan intelejen Israel tentang kesuksesan perlawanan Palestina dan Libanon. Bagaimana mereka bisa membongkar sikap diam dunia Arab dan mendorong munculnya semangat perlawanan sebagai alternatif.”
Dalam satu pekan, Hizbullah minimal telah menawan dua serdadu Israel, menewaskan 12 orang militer Israel lainnya, meledakkan kapal perang Israel di pantai Beirut, dan melontarkan berbagai rudal ke kota Haifa yang berjarak kurang lebih 35 km dari perbatasan Libanon dan merupakan kota ketiga terbesar di Israel.
Harian Maarev berbahasa Ibrani menuliskan pernyataan Jendral Ame Ayalon, mantan kepala intelejen Israel Shabak, sekaligus mantan kepala marinir Israel. Ia menyebut aksi penangkapan dua serdadu Israel itu dengan ungkapan ‘operasi militer jitu, strategis dan cerdas.’ Ayalon juga mengatakan ungkapan yang sama terhadap aksi yang dilakukan pada 25 juni oleh tiga unit pejuang Palestina, hingga menewaskan dua orang prajurit dan menahan satu orang lainnya. “Saya seorang tentara, dan saya salut dengan apa yang dilakukan oleh mereka (Hizbullah dan Hamas),” ujarnya.
Seorang pakar militer Israel menyebut serangan Hizbullah yang meledakkan sebuah kapal perang Israel, dan menewaskan empat awaknya, sebagai ‘prestasi’ kelompok perlawanan. “Tidak diragukan lagi meledakkan sebuah kapal perang modern itu adalah prestasi, sebagaimana juga serangan yang dilakukan ke Haifa dengan rudal,” ujarnya.
Ayalon mengatakan adanya ketidakmampuan sayap keamanan Israel dalam masalah ini. Karena itu ia menyerukan program untuk mempersenjatai angkatan laut secara lebih menyeluruh untuk mengambil pelajaran dari serangan Hizbullah.
Sedangkan Karame Gilon, juga mantan ketua Shabak, mengatakan pada Channel 1 televisi Israel, “Saya yakin bahwa Zionis tidak mampu mendirikan negara Israel tahun 1948 jika saat itu sudah ada kekuatan perlawanan sebagaimana pejuang Palestina dan Libanon.”
Seperti diberitakan sebelumnya, Hizbullah telah menangkap dua orang prajurit Israel dan menewaskan 8 orang lainnya dalam sebuah serangan pagi hari Rabu (12/7) di perbatasan Israel. Selanjutnya Israel mengintensifkan serangan militer nya melalui darat, udara maupun laut ke Libanon sebagai pembalasan. Tetapi Hizbullah mampu membalasnya dengan melontarkan sejumlah rudal ke kota-kota Israel yang dekat dengan perbatasan.
Jum’at sore lalu, Hizbullah berhasil meledakkan sebuah kapal perang Israel yang mulai mendekat di pantai Libanon hingga menewaskan empat orang Israel. Inilah serangan pertama kali bagi Israel yang mampu meledakkan sebuah kapal perang mereka sejak perang Arab-Israel tahun 1969. (na-str/iol)