Seorang politikus senior Palestina menyebut Hamas mencoba menerapkan pengalaman Partai Hizbullah Lebanon dan Gerakan Nahdah di Tunisia, untuk mempertahankan peran politik di wilayah Palestina dan Timur Tengah dalam menghadapi penjajahan Israel.
Ini diungkapkan ketua Masyarakat Independen Palestina, Abdul Karim Shabbir. Dalam keterangannya lebih lanjut, Shabbir mengatakan “perjanjian rekonsiliasi dengan Fatah yang diterima Hamas merupakan pengalaman dari Gerakan Nahdah yang mau melakukan dialog nasional dengan kekuatan politik Tunisia dan menyerahkan kepemimpinan kepada pemerintahan independen yang akan memimpin Tunisia sampai pada pemilihan presiden dan pemilihan parlemen yang dijadwalkan akhir tahun 2014 mendatang.”
Menurut Shabbir, kedua faksi perjuangan Palestina akan membutuhkan waktu lebih panjang untuk mengatur urusan internal Palestina dan lembaga-lembaga pemerintah di Tepi Barat dan Jalur Gaza, akan tetapi itu akan berasil pada akhirnya.
Shabbir mengungkapkan bahwa Hamas-Fatah seperti parasit yang saling menguntungkan. Hamas merupakan gerakan anak muda yang koheren tetapi tidak memiliki kedalaman hubungan regional dan internasional, sementara Fatah memiliki hubungan yang luas tetapi lemah di dalam tubuh organisasinya.
Shabbir melihat bahwa Hamas ingin segera mengakhiri blokade di Jalur Gaza yang telah menyengsarakan lebih dari 1,8 juta penduduk Palestina selama 6 tahun lebih.
Perlu diketahui bahwa Hamas dan Fatah telah menandatangani perjanjian rekonsiliasi nasional pada 23 April lalu, sebagai upaya mengakhiri perpecahan di dalam tubuh faksi pejuangan Palestina. (Rassd/Ram)