Beberapa jam kemudian, IDF menyiarkan pernyataan berisi klarifikasi. Mereka bilang kali ini tidak ada pasukan yang menginvasi Gaza. Tetapi sudah terlambat, sejumlah media besar dunia – termasuk WSJ – sudah mewartakan bahwa serangan darat Israel sedang berlangsung di Gaza.
Conricus sendiri menarik pernyataannya ke Schwartz dua jam kemudian dan mengubah keterangan dengan mengatakan tidak ada operasi darat di Gaza. Ia berkilah bahwa ada miskomunikasi internal terkait kesalahan siaran pers tersebut.
“Hal-hal seperti ini bisa terjadi di tengah operasi yang kompleks,” kata Conricus.
Tetapi para pengamat militer mengatakan bahwa Israel sudah merencanakan semua itu dan bahwa media dimanfaatkan untuk memojokkan para pejuang Hamas ke jebakan maut.
“Mereka (IDF) tidak berbohong. Ini adalah manipulasi, yang cerdas dan berhasil,” kata Or Heller, seorang veteran dan koresponden militer dalam wawancara dengan stasiun televisi Israel, Channel 13 TV.
Jebakan maut
Zionis-Israel, menurut para analis, telah merencanakan tipuan ini beberapa hari sebelumnya. Selama sekitar sepekan Israel mengumumkan telah memanggil pasukan cadangan dan menggelar pasukan di sekitar perbatasan dengan Gaza.
Seorang lelaki berjalan di dalam sebuah bangunan yang porak-poranda akibat dibom Israel pada Sabtu (15/5/2021). [AFP] |
Selain itu, tank-tank Israel juga telah disiagakan di sepanjang perbatasan dan melepaskan tembakan ke arah Gaza. Semua langkah ini disinyalir sebagai persiapan sebelum serangan darat ke area yang dikuasai Hamas tersebut.
Lalu pada Kamis malam, Israel mulai menyiapkan pasukan di perbatasan yang dinilai sebagai persiapan akhir invasi ke Gaza. Pada Jumat dini hari, keluarlah siaran pers – dalam bahasa Ibrani dan Arab – bahwa Israel mulai melakukan serangan darat ke Gaza.
Pengumuman IDF itu membuat para pejuang Hamas mempersiapkan pertahanan mereka, bersembunyi di dalam jejaring terowongan yang dikenal sebagai Metro, di bawah kota Gaza.
Tak lama, 160 unit pesawat tempur Israel melancarkan operasi pengeboman selama 40 menit tanpa henti. Akibatnya, setidaknya menurut klaim Israel, ratusan pejuang Hamas tewas.
“Yang kita saksikan malam tadi adalah operasi canggih yang melibatkan media,” jelas Heller.
Heller juga mengatakan bahwa para analis militer Israel sebelumnya sudah tahu bahwa tak mungkin serangan darat ke Gaza digelar pada tahap ini. Ia sendiri, lewat Twitter, sudah menjelaskan ke publik bahwa tak mungkin ada operasi militer darat.[sc]