Sembilan petugas medis asal Inggris, tiga diantaranya dokter melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes petugas perbatasan Mesir melarang mereka masuk ke Gaza.
Sembilan petugas medis itu sudah berada di perbatasan Rafah yang memisahkan wilayah Gaza dan Mesir sejak tanggal 4 Mei kemarin tapi sampai hari ini mereka masih tertahan di perbatasan.
Surat kabar Inggris, Guardian menyebutkan, para petugas medis itu ke Gaza untuk melakukan bedah jantung di Rumah Sakit Shifa. Selain membantu memberikan pelayanan kesehatan, mereka juga akan memberikan pelatihan bagi para mahasiswa kedokteran dan dokter-dokter muda di Gaza.
Salah seorang dokter bernama Omar Mangoush, ahli bedah dari Rumah Sakit Hammersmith, London yang ikut dalam rombongan medis ke Gaza mengatakan, mereka akan melakukan aksi mogok makan sampai petugas perbatasan Mesir memberi ijin mereka masuk ke Gaza.
"Kami akan bertahan di perbatasan sampai mereka membolehkan kami masuk. Kami juga ingin menekan kedutaan besar Inggris, karena kami yakin kalau kedutaan besar Inggris menginginkan kami melakukan tugas kami, mereka akan melakukan tekanan pada otoritas pemerintah Mesir," kata Mangoush.
Ia menyesalkan sikap kedubes Inggris di Mesir yang dianggap tidak cukup berbuat sesuatu agar tim medis dari Inggris dibolehkan masuk ke Gaza. Mangoush membandingkannya dengan tim bantuan dari AS yang dengan mudah masuk ke Gaza karena mendapat dukungan dari kantor kedubesnya di Mesir.
Menanggapi keluhan tim medis Inggris ini, pihak kedutaan hanya memberikan penjelasan bahwa kantor kementerian luar negeri Mesir "menunda" akses masuk ke Gaza bagi tim bantuan medis sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Selain Mangoush, seorang pensiunan konsultan bernama Christian Burns-Cox dan Kirsty Wong, perawat dari RS Hammersmith dan tiga anggota tim asal Belgia, juga ikut melakukan aksi mogok makan.
"Banyak orang di Gaza yang mengalami kelainan jantung. Mereka tidak bisa ke Mesir, tidak bisa ke Israel. Jika semua itu berat bagi kita … bisa dibayangkan betapa beratnya beban itu bagi rakyat Palestina yang sedang diblokade dan tidak bisa kemana-mana," tukas Mangoush menyesalkan sikap aparat Mesir yang tak berperikemanusiaan.
Mesir diduga menutup pintu perbatasan bagi sejumlah tim bantuan asing yang ingin masuk ke Gaza karena perintah dari Israel. Banyak bantuan untuk warga Gaza yang masih menumpuk di perbatasan Rafah, karena tidak diperbolehkan masuk oleh aparat penjaga perbatasan di Mesir. (ln/prtv)