Negara adidaya Amerika melalui Menlu Hillary Clinton kembali menyampaikan tawarannya kepada kelompok pejuang Hamas. Ia mengatakan bahwa Amerika tidak akan menyalurkan dana bantuannya kepada pemerintah Palestina selama Hamas masih berada dalam pemerintahan. Tiga syarat yang ditawarkan Amerika kepada Hamas agar bantuan itu cair adalah, pertama, Hamas harus mengakui eksistensi Israel, kedua, tidak lagi melakukan tindak kekerasan dengan melakukan perlawanan bersenjata dan ketiga, menjalani perjanjian yang pernah disepakati antara Otoritas Palestina dengan Israel.
Hal ini disampaikan Hillary di depan Komite luar negeri anggota dewan Amerika pada hari Rabu (22/4) kemarin. Dengan tegas Hillary mengatakan, bahwa pemerintahan Barak Obama tidak akan bekerjasama dan memberikan dana bantuan kepada pemerintah yang di dalamnya terdapat anggota Hamas, kecuali pihak Hamas talah memenuhi tiga syarat itu, " Dan ketiga syarat ini telah kami sosialisasikan kepada para pemimpin Arab" jelas Hillary.
Hillary kemudian berkilah bahwa syarat yang ia sampaikan bukan berlaku dari Amerika saja, tapi juga sebagai sikap bersama dengan para pemimpin Arab yang menggagas adanya inisiatif perdamaian. Dirinya seakan menggeneralisir sikap para pemimpin-pemimpin Arab itu sesuai dengan kehendak Amerika.
Dalam kesempatan tersebut Hillary juga menyampaikan sikap pemerintahnya terhadap negara Iran. Amerika dengan tegas akan menindak Iran apabila negeri para Mullah itu tidak bersikap kooperatif tentang proyek nuklir yang mereka jalankan.
Syarat yang disampaikan Hillary ini juga disebut merupakan suara dari negara kwartet; Amerika, Uni Eropa, Rusia dan PBB. Hal ini ditanggapi oleh Muhammad Nazal, salah satu anggota Biro Politik Hamas. Ia mengatakan bahwa syarat yang disodorkan itu hanya bertujuan mengakhiri riwayat Hamas dan menghakimi keberadaannya berdasarkan kepentingan Amerika.
Ditengah jumpa persnya di ibukota Khourtum, Sudan, Nazal dengan tegas mengatakan, "Syarat negara kwartet itu ibarat batas merah yang tak satupun dari anggota Hamas diperbolehkan untuk mendekatinya. Tiga syarat itu tak ubahnya melenyapkan Hamas dari kancah perpolitikan dan menghakiminya sekalipun tanpa alasan", tegas Nazal menanggapi tawaran Negara Kwartet.
Senior Hamas yang disegani lawan ini juga memaparkan alasan Hamas masuk dalam politik. "Ketika Hamas masuk dalam gelanggang politik dengan sistem demokrasinya, maka itu dalam koredor penyelamatan perjuangan (baca: perlawanan) dan bukan justru melepaskan diri dari perlawanan", jelas Nazal.
"Kami menggabungkan diri dalam demokrasi demi mengokohkan posisi bangsa Palestina, bukan justru sebaliknya dengan menodai hak-hak bangsa Palestina seperti halnya syarat-syarat yang ditawarkan negara kwartet itu kepada kami". lanjut Nazal mengakhiri jumpa persnya (alj/ism/sn)