Sebagai upaya mencegah dan mengantisipasi mahalnya gula, pemerintah Pakistan meminta adanya langkah pribadi dari warga Pakistan untuk mengurangi penggunaan gula selama bulan Ramadhan.
Perdana Mentri Pakistan – Yusuf Raza Gilani telah meminta kepada juru masaknya untuk menghentikan membuat makanan-makanan manis sebagai bagian dari langkah pribadinya untuk menurunkan harga gula.
Sebuah pertemuan kabinet pada hari Rabu lalu telah membentuk sebuah komite untuk melihat lebih ke dalam terkait persoalan harga gula yang tinggi dan akan menyerahkan rekomendasi dalam 10 hari, namun dengan meningkatnya tekanan publik selama bulan puasa Ramadhan, PM Gilani telah berupaya untuk memulai dahulu dari dirinya sendiri mengurangi pemakaian gula – sebagai contoh kepada rakyat Pakistan.
"Perintah dilaksanakan mulai hari ini," kata seorang pejabat di rumah Perdana Menteri. "Dia (PM Gilani) ingin mengatakan kepada masyarakat bahwa mereka dapat hidup sehat dengan sedikit mengkonsumsi gula."
Harga gula melonjak di Pakistan menjelang bulan suci Ramadan, yang dimulai bulan lalu, seperti biasanya secara tradisional masyarakat cenderung untuk makan lebih banyak makanan yang manis ketika mereka berbuka puasa.
Lonjakan permintaan untuk impor, terutama dari negara tetangga India, negara tertinggi dunia atas konsumen gula, mendorong harga gula mentah berjangka di New York untuk sebuah naik 28 poin – pada awal bulan ini.
Pemerintah telah berusaha menjual gula pada harga bersubsidi namun belum dapat memuaskan permintaan pasar.
Pihak berwenang mengatakan tidak ada kekurangan gula dalam negeri dan menyalahkan para penimbun yang telah menciptakan sebuah "krisis buatan ."
"Mari kita mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi lebih sedikit gula dan kemudian kita akan melihat di mana para penimbun ini menjual gula," kata Menteri Informasi Qamar Zaman Kaira pada hari Rabu yang lalu.
Konsumsi gula tahunan Pakistan berfluktuasi antara 3,6 juta dan 4,2 juta ton.
Perdana Menteri Gilani mengungkapkan kekhawatirannya bahwa rata-rata pertahun konsumsi gula berdiri pada 25 kg (55 pon) per orang, lebih tinggi dari India, Cina dan Bangladesh.
"Masyarakat kita harus bereaksi terhadap situasi ini melalui sebuah tindakan dan inilah saatnya," kata media melaporkan.(fq/aby)