Tempat dia tinggal, Nabi Saleh, adalah salah satu lokasi terpanas demonstrasi terhadap Israel. Di desa berpopulasi 600 orang ini hampir setiap pekan ada demonstrasi terhadap Israel. Desa ini adalah satu dari banyak wilayah di Palestina yang sedikit demi sedikit dicaplok Israel untuk dibangun permukiman Yahudi ilegal.
Situasi kian tegang setelah Presiden Donald Trump mengklaim Yerusalem adalah ibu kota Israel.
Jumat lalu salah satunya. Sekitar 200 warga Palestina berjuang dengan batu melawan tentara Israel yang bersenjatakan peluru karet. Namanya memang peluru karet, tapi bisa melukai dan membunuh.
Bassem berharap para pemuda Palestina pantang menyerah seperti putrinya. Dia juga membantah tudingan Israel bahwa tindakan Ahed adalah provokasi belaka.
“Kami berharap generasi ini lebih kuat dari kami, dan meneruskan perjuangan kami dengan melakukan perlawanan serius untuk mengakhiri penjajahan,” kata Bassem, 50, yang pernah empat tahun dipenjara di Israel karena protes.(kl/kmp)