Ratusan warga Palestina di Tepi Barat, untuk sejenak melupakan pertikaian di dalam negeri dan himpitan penderitaan akibat penjajahan rejim Zionis Israel. Mereka berkumpul di sebuah tempat, bekas lapangan sepakbola sebuah sekolah, yang kini mereka sebut sebagai tempat pusat kebudayaan,
Mereka menikmati pembacaan puisi karya sastrawan muda Palestina Tamim al- Barghouti, yang masih berusia 30 tahun. Puisi-puisinya banyak bercerita tentang konflik Arab-Israel dan politik di Timur Tengah. Karya-karyanya bukan hanya digemari masyarakat umum, tapi juga para pujangga dari Palestina dan negara-negara Arab.
Acara-acara pembacaan puisi al-Barghouti selalu mendapat sambutan meriah dan tepuk tangan dari para pecinta puisinya, dan baris-baris puisi karya al-Barghouti sangat populer hingga dijadikan nada dering handphone.
Apa yang menjadi kekuatan puisi al-Barghouti? Menjawab pertanyaan ini Barghouti mengatakan bahwa puisi-puisinya, meski menceritakan kenyataan pahit dan kepedihan di Timur Tengah, tapi tetap berisi pesan bagi saudara-saudara sebangsanya akan adanya harapan di tengah keputusasaan mereka.
"Sekarang, identitas politik rakyat Palestina sedang terancam, " katanya dalam wawancara dengan Reuters di apartemennya di Kairo, Mesir.
"Puisi dan bentuk produk budaya lainnya bisa mengkonsolidasikan identitas ini dan oleh sebab itu, orang-orang berharap pada hal ini. Begitu juga ketika Baghdad jatuh, dan banyak orang merasa putus asa, pesan-pesan berisi harapan dibutuhkan, " papar al-Barghouti.
Puisi-puisi al-Barghouti bercerita tentang tentara-tentara Israel yang berada di wilayah Palestina, sebuah bangsa yang digambarkan sebagai remaja yang terlalu takut mati untuk meninggalkan tempat persembunyiannya dan cerita tentang bentrokan antara polisi dan mahasiswa di Kairo.
Puisi-puisi al-Barghouti juga bercerita tentang seorang anak kecil yang harus keluar dari persembunyiannya dan menyerukan agar anak-anak usianya ikut bersamanya, meraih kembali masa-masa kebebasan.
"Dengan menciptakan keindahan, menciptakan seni, seni yang bernilai tinggi, Anda menekankan sisi kemanusiaan Anda, Anda menekankan nilai-nilai yang Anda miliki, " kata al-Barghouti yang berkewarganegaraan Yordania, tapi lahir di sebuah desa di Ramallah, Tepi Barat.
Ia melanjutkan, "Setiap warga Palestina mirip dengan setiap warga Afrika Selatan, melakukan sesuatu yang baik sebagai bentuk perlawanan, sebagai cara untuk menilai diri sendiri dengan mengatakan bahwa kami adalah manusia, manusia yang baik. Kami kuat, kami bisa menghadapi tantangan kolonialisme, penjajahan dan penindasan. "
Nama al-Barghouti-putera dari pasangan pujangga terkenal Palestina Mureed al-Barghouti dan novelis asal Mesir Radwa Ashour-ini jadi populer di wilayah Palestina, setelah sebuah televisi Arab menayangkan acara pembacaan puisinya.
Banyak orang yang mengakses video klipnya di situs YouTube. Salah satu puisi karya al-Barghouti yang sangat populer berjudul "In Jerusalem", adalah catatan hariannya ketika melakukan perjalanan sehari ke Yerusalem. (ln/alarby)