Strategi Dua Muka Amerika

Siapa bilang AS mulai berseberangan dengan Israel? Pidato presiden AS di Mesir, awal pekan lalu ditengarai sebagai sebuah penentangan terhadap Israel. Media-media internasional ramai melansir bahwa Obama jelas-jelas merengkuh umat Muslim dunia. Pun begitu dengan Israel sendiri yang seolah-olah ribut bahwa mereka sudah ditinggalkan pelindung abadinya itu.

Namun, ketika hal itu tengah hangat dibicarakan, diam-diam di sisi lain, AS juga melakukan manuver lain berikutnya. Pekan ini, perwakilan AS untuk urusan Palestina-Israel, George Mitchell, mendesak Mahmoud Abbas untuk segera membentuk dua Negara untuk Palestina-Israel. Inilah sesuatu yang luput dari perhatian dunia internasional. Bahkan umat Islam sendiri. Apa pasal?

Jika kita perhatikan, AS dan Israel tengah melakukan siasat tarik ulur, memberi untuk mengambil, persis seperti yang dilakukan dalam peristiwa Holocaust dan 9/11. Setelah Obama seolah-olah memberikan respon positif akan dunia Islam, dan itu menjadi suatu eforia besar dalam diri umat Islam, sekarang sebenarnya AS meminta sesuatu yang sangat besar—bahkan tidak sebanding dengan apa yang telah diberikan oleh Obama.

Bukan rahasia lagi, konsep dua negara sangat ditentang oleh rakyat Palestina yang masih waras. Jika itu benar terjadi, maka Palestina—dalam hal ini sebagai golongan yang dirampas haknya—mengakui keberadaan Israel dan melegalkan penjajahan bangsa Zionis tersebut. Kita bisa bayangkan, jika Indonesia misalnya bersanding dengan Belanda yang ribuan tahun menjajah negeri, seperti apa kiranya.Nah, Palestina pun seperti itu. Maka tidak heran sejak awal, Hamas terutama, menentang ide gila penerapan dua negara di Palestina.

Mitchell mengatakan kepada Abbas bahwa untuk mencapai perdamaian di wilayah itu, maka pelaksanaan dua negara harus segera dideklarasikan. “Ini kewajiban dua Negara untuk segera melakukannya.” Ujar Mitchel.

Tanggapan Abbas? Negosiator dari Otoritas Palestina, Saeb Erekat mengatakan bahwa pemerintah Abbas sudah sangat siap untuk hal itu. “Presiden Abbas sangat berkomitmen untuk melaksanakan kewajiban itu.” Ujarnya.

Bagaimana dengan Benjamin Netanyahu? Jelas, keputusan ini disambut dengan tangan terbuka. Perdana menteri Israel ini sudah menyiapkan tim untuk berbicara dengan Abbas membahas persoalan ekonomi, keamanan, dan isu politik. Ehud Barak, menteri pertahanan Israel meminta Netanyahu untuk menindaklanjuti hal ini dalam waktu yang cepat. “Peta perdamaian sudah begitu jelas dengan adanya dua negara.” imbuhnya.

Mitchell, yang bertemu Netanyahu pada Selasa kemarin, berkata, “Kami adalah dua sekutu, dua teman, dan komitmen kami adalah keamanan Israel.” Ia menambahkan, “Kami sadar, situasinya sangat rumit dan banyak sekali. Tapi kami harap kami bisa membantu mereka (Israel) dalam mencapai tujuannya, yaitu perdamaian, keamanan dan kesejahteraan di seluruh kawasan.”

Dengan konsep dua negara, Mr, Mitchell? Ah, hanya orang Palestina yang tidak waras yang menyetujuinya! (sa/aljzrh)