Theophilus sebagai pengganti pun maju untuk melawan kesepakatan pengadilan ke Mahkamah Agung. Dengan didukung oleh seluruh gereja di Tanah Suci, ia berkunjung ke sejumlah pihak untuk meminta bantuan melawan kesepakatan penyewaan. Termasuk pada Raja Yordania, Paus, Uskup Agung Canterbury, dan tokoh politik senior di Yunani juga Siprus.
Di Moskow ia melobi Putin dan kepala gereja-gereja Ortodoks Timur. Theophilus mengaku khawatir bahwa Knesset (parlemen Israel) akan meloloskan perintah penyitaan tanah mereka yang telah dijual pada pihak swasta.
“Langkah tersebut sebagai upaya pemerintah Israel yang tidak dapat diterima. Hal ini berarti pemerintah campur tangan dalam hak gereja menangani secara bebas properti mereka sendiri,” ujarnya seperti dilansir Times of Israel, kemarin.
Selama musim panas lalu, diketahui bahwa properti Ortodoks seperti gereja dijual pada pengusaha anonim. Wilayah itu kini sudah dibangun 1.500 rumah dan disewakan. Tidak jelas siapa pemiliknya.
Rumor yang beredar, properti itu kini dimiliki oleh Yahudi. Pasalnya, semua investor adalah perusahaan Yahudi dan pemilik saham utamanya termasuk David Sofer, seorang pengusaha Israel yang tinggal di London.
Selain itu, ada perumahan dan apartemen yang dulu dimiliki gereja dibeli oleh Yahudi via Nayot Komemiyut Investments Israel. Tanah itu ada di wilayah Yerusalem termasuk Givat Oranim (sekarang dimiliki David Sofer milyuner Michael Steinhardt melalui Oranim Ltd.), Abu Tor (Sofer juga pemilik jalan di sana bersama dengan seorang pengusaha Yahudi melalui perusahaan Kronty Investments Ltd) dan di Talbieh, Rehavia, Nayot.
Bulan lalu, Komite Eksekutif World Council of Churches yang mewakili lebih dari 560 juta umat Kristen di 100 wilayah juga mengeluarkan pernyataan kuat. Mereka menyampaikan ada kekhawatiran gereja di Yerusalem terancam sebagai akibat dari kombinasi kontrak legalitas yang disengketakan, upaya kelompok pemukim radikal, dan kebijakan Pemerintah Israel.(kl/rol)