Perbatasan Gaza di blokade dan perekonomian Gaza menjadi berantakan, namun emas tetap berkilau di wilayah tersebut oleh para pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.
Pasaran emas di Gaza mengalami kebangkitan dalam beberapa tahun terakhir, sejak Hamas berkuasa di wilayah itu dan mendorong serta memperjuangkan warga Gaza untuk segera menikah. Blokade yang Israel terapkan di Gaza telah melumpuhkan perekonomian secara total, sehingga membuat investasi emas menjadi menarik di wilayah tersebut.
"Kami memang sengsara dengan blokade Israel, namun bisnis kami benar-benar menjadi lebih baik," kata Iyad Basal seorang pedagang emas di Gaza. Ia mengatakan orang-orang ramai mengunjungi toko emas yang dikelola keluarganya.
"Kami belum berhenti bekerja sejak blokade diterapkan, karena emas datang kepada kami melalui penyelundupan ditambah lagi anjuran dari pemerintahan Hamas untuk segera menikah bagi warga Gaza," tambahnya.
Pedagang lain, Muhammad Yunus mengatakan bahwa penjualan emas sudah naik sebesar 20 persen dalam tiga tahun terakhir, sebagian mencerminkan meningkatnya keamanan sejak Hamas mengukuhkan kontrol atas wilayah tersebut.
"Hamas telah memberikan keamanan sejak mereka mengambil alih, jadi kami tidak lagi takut pencurian yang dulu merajalela," katanya.
Sejak berkuasa di Gaza, Hamas telah mendorong adanya pernikahan bagi warga Gaza dengan mengadakan pernikahan massal, Hamas memberikan layanan ‘mak comblang’ bagi para janda perang dan gadis-gadis miskin lainnya dengan memberikan dukungan finansial kepada ribuan anak muda yang akan menikah, yang diharapkan mereka untuk menetap di Gaza.
Hassan al-nenzio, seorang hakim di pengadilan keluarga Islam yang dikelola oleh Hamas, mengatakan bahwa tingkat perkawinan pada tahun 2009 lebih tinggi daripada tahun sebelumnya dalam satu dekade terakhir.
"Emas telah menjadi barang mahal tetapi tidak ada keindahan bagi pengantin tanpa emas. Kegembiraannya tidak akan sama tanpa emas," kata Amal (25 tahun), saat dia mencoba sebuah kalung emas dengan wajah gembira menjelang hari pernikahannya.
Pengantin pria di Gaza secara tradisional memberi uang kepada calon pengantin wanita, biasanya beberapa ribu dolar, sebagian uang tersebut dibelanjakan untuk perhiasan emas. Tradisi Muslim ini sebagian ditujukan untuk memberikan wanita jaminan keamanan finansial.
Seperti di bagian lain dunia yang terpukul oleh krisis keuangan, warga biasa Gaza juga menjadikan emas sebagai investasi aman dan alternatif terhadap bank lokal yang sering kekurangan uang tunai.
"Mereka yang mempunyai uang akan membeli emas karena mereka tidak bisa membangun dan mereka tidak bisa menyimpan uang di bank-bank karena krisis likuiditas," kata seorang pedagang yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Para pedagang mengakui bahwa harga-harga barang sudah naik, sebagian karena beban biaya tinggi yang dikenakan oleh para penyelundup, yang dapat menarik hingga 50 persen dari harga perhiasan, tetapi tampaknya konsumen bersedia menanggung beban yang tinggi itu.
"Saya kurang suka untuk membeli emas sekarang dan lebih baik menabung sampai harga emas turun sedikit, namun keluarga saya bersikeras bahwa saya harus membelinya sekarang sebelum pernikahan," kata Nisma (23 tahun).
"Ibuku berkata, murah atau mahal, pengantin wanita harus memakai emas, meskipun hanya sedikit … Itu lebih baik daripada pergi ke rumah suami tanpa perhiasan apapun."
Israel dan Mesir telah menutup sebagian besar perbatasan Gaza sejak Hamas merebut kekuasaan pada bulan Juni 2007, tetapi beberapa pedagang masih bertahan dan bahkan berkembang pesat dengan mengimpor beberapa produk melalui terowongan penyelundupan di bawah perbatasan Mesir.
Orang-orang menyelundupkan barang-barang perhiasan melalui tempat penyeberangan Erez Israel, yang biasanya terbuka untuk wartawan asing, pekerja bantuan dan warga Palestina yang mendapat izin khusus.(fq/aby)