Satu hari sebelumnya, Erdogan juga menemui 10 ribu orang di pasar malam Yenikapi, Istanbul. Di sana Erdogan mengatakan dunia Islam harus bersatu dan menyatukan diri lagi.
“Muslim terlalu sibuk berperang dan saling tidak sepakat di antara mereka sendiri dan malu ketika berkonfrontasi dengan musuh mereka. Sejak tahun 1947 Israel telah bebas melakukan apapun yang mereka mau di kawasan. Mereka melakukan apa pun yang mereka suka, tetapi kenyataannya bisa dihentikan jika kami bersatu,” kata Erdogan.
Pada awal pekan ini, setelah peristiwa pembantai rakyat Palestina dan AS merelokasi kedutaan besarnya, Turki memanggil utusan mereka ke Israel dan AS. Warga Jerman keturunan Turki Tolgar Memis datang ke Turki untuk mendukung pernyataan dan kebijakan Erdogan yang melawan Israel.
“Apa yang kami lihat selama beberapa tahun terakhir, segala ketidakadilan, dan apa yang terjadi pada awal pekan ini sama sekali tidak dapat diterima. Erdogan telah membuat langkah yang baik dalam membela Palestina, sesuatu yang wajib dilakukan dan harapannya pemimpin lain mengikutinya,” kata Memis.
Sebelumnya Palestina menanggapi dingin rencana perdamaian yang diajukan AS. Pejabat senior Palestina Nabil Abu Rdeneh mengatakan, setiap rencana AS yang mengabaikan aspirasi politik rakyat Palestina untuk merdeka akan mengalami kegagalan. Pernyataan ini menjadi tanda konferensi perdamaian Timur Tengah bulan depan akan berjalan sulit.
Pernyataan juru bicara Presiden Mahmoud Abbas itu menjadi awan men dung konferensi perdamaian yang akan digelar pada bulan Juni di Bahrain. “Setiap rencana tanpa horizon politik tidak akan membawa perdamaian,” kata Nabil Abu Rdeneh.
Pada Ahad (19/5) lalu Gedung Putih mengumumkan akan mengungkapkan fase pertama rencana perdamaian Timur Tengah dalam konferensi tersebut. Rencana itu disebutkan akan fokus pada manfaat ekonomi jika konflik Israel-Palestina berhasil diselesaikan.