Pengamat dan warga Palestina mengaku ragu Tony Blair yang baru saja ditunjuk sebagai utusan khusus tim kwartet mampu membantu menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Mereka menilai Blair hanya kepanjangan tangan kepentingan Barat dan Israel di Palestina.
Moamar Lolo yang berprofesi sebagai broker mengatakan, Blair mungkin hanya akan membantu warga Palestina di Tepi Barat yang dikuasai Presiden Palestina Mahmud Abbas dengan faksi Fatahnya. "Tapi tidak ada harapan bagi warga Palestina di Jalur Ghaza, karena di sana masyarakatnya mengikuti Hamas, " kata Lolo seperti dikutip AFP.
Seorang aktivis perempuan Ola al-Hilo malah meyakini bahwa Blair hanya akan mengakomodasi kepentingan-kepentingan Israel dan mungkin akan memisahkan Ghaza dan Tepi Barat.
Warga Palestina menyatakan, Blair takkan berhasil melaksanakan tugasnya jika mengabaikan Hamas, karena bagaimanapun Hamas adalah kekuatan bersenjata dan politik terbesar kedua di Palestina setelah Hamas.
"Dia tidak akan membawa efek apa-apa, karena dia tidak akan tawar menawar dengan Hamas, kecuali atas persetujuan pemerintah Amerika, " kata Munzer yang berprofesi sebagai dokter.
Pengamat Palestina Oreib al-Rintawi mengatakan, "Ketika Blair masih menjadi perdana menteri dan menjadi salah seorang sekutu paling dekat George W. Bush, dia tidak banyak berbuat sesuatu untuk masalah-masalah Palestina. Lalu, apa yang bisa dia lakukan sekarang sebagai utusan tim kwartet. "
Menurut Rintawi-kepala Al-Quds Center for Political Studies di Amman-penunjukkan Blair sebagai utusan tim kwartet tidak akan memuluskan proses perdamaian, karena Blair bukan dari "kelompok netral."
"Dia adalah salah satu arsitek perang Irak dan salah seorang pemimpin Barat yang mendukung kebijakan-kebijakan merusak dari pemerintahan neo-konservatif Bush, " ujarnya.
George Giacaman, akademisi dan komentator politik yang tinggal di Tepi Barat juga menyatakan ragu Blair bisa mempengaruhi kebijakan AS-Israel dalam masalah Palestina. Menurutnya, Blair akan banyak menemui kendala dalam melaksanakan tugasnya kecuali ia mau bicara paling tidak dengan Hamas.
Tim kwartet-Rusia, AS, PBB dan Uni Eropa-resmi menunjuk Tony Blair sebagai utusan mereka sejak Rabu (27/6). Tim kwartet sendiri, selama bertahun-tahun menjadi mediator konflik Palestina-Israel, tidak berhasil menindaklanjuti kesepakatan Peta Jalan Damai, yaitu mewujudkan konsep dua-negara (Palestina dan Israel) yang hidup berdampingan dengan aman dan damai.
Sementara itu, Blair menyatakan keinginannya untuk melakukan kunjungan ke Israel dan Palestina bulan depan. "Ini adalah tantangan besar. Saya harus menyiapkan dasar-dasar bagi negosiasi, dan kuncinya adalah menyiapkan perwujudan negara Palestina, " ujar Blair seperti dilansir surat kabar Nothern Echo. (ln/iol)