Tindakan rezim Zionis Israel menghancurkan rumah dan merampas tanah milik warga Palestina makin membabi buta, bukan hanya di Tepi Barat tapi sudah mulai merambah ke Jalur Gaza.
Rabu pagi, sejumlah tank dan buldoser Israel memasuki wilayah pertanian di perbatasan Jalur Gaza di sebelah utara. Para petani Palestina melaporkan bahwa tank-tank dan buldoser Israel itu mencabut tanaman-tanaman dan memporakporandakan tanah-tanah pertania mereka. Bukan cuma itu, tank-tank Israel itu juga melepaskan tembakan ke arah para petani.
Insiden itu memicu perlawanan para pejuang Palestina di Gaza. Mereka menanam bom-bom di sepanjang perbatasan di utara Gaza dengan target serangan kendaraan-kendaraan militer Israel. Para pejuang Jihad Islam dilaporkan berhasil meledakkan sebuah bom di dekat kendaraan militer Israel. Namun militer Israel membantah serangan pejuang Palestina itu menimbulkan korban mereka.
Sementara itu di Tepi Barat, Dewan Kota Israel di Yerusalem mengatakan bahwa mereka sudah rampung melakukan persiapan untuk menghancurkan 50 rumah milik warga Palestina di Al-Bustan yang berdekatan dengan Yerusalem. Dewan Kota Israel beralasan, 50 rumah milik warga Palestina itu dibangun tanpa ijin sehingga harus dihancurkan.
Selain rumah warga Palestina, rezim Zionis Israel juga memerintahkan penghancuran bangunan-bangunan bersejarah yang berlokasi di gereja-gereja dan keuskupan di Kota Tua Yerusalem. Penasehat urusan kota Yerusalem di kantor perdana menteri Palestina, Hatim Abdul Qadir mengatakan, ia sudah menerima surat perintah penghancuran itu pada hari Rabu malam
Sejumlah pemuka Kristen di Yerusalem sudah meminta Abdul Qadir agar turun tangan dan menghentikan upaya Israel menghancurkan sebuah gedung dua lantai yang berada di bagian atas Gereja Armenia di Kota Tua, karena gedung itu bagian dari situs bersejarah umat Kristiani yang dibangun sejak 150 tahun yang lal. Gedung itu merupakan bagian dari gereja dan terdaftar atas nama Raja Belgia.
Menurut Abdul Qadir, gedung dibangun sebagai tempat penginapan para pendeta yang datang dari Vatikan ke Yerusalem. Ia menyatakan, surat perintah Israel untuk menghancurkan bangunan itu merupakan pelanggaran terhadap bangunan-bangunan suci milik umat Kristiani.
"Tindakan Israel menunjukkan bahwa rezim Zionis itu bermaksud untuk menghapus sejarah umat Kristiani, Muslim dan Arab di Yerusalem. Ini untuk kesekian kalinya Israel melanggar dan mengabaikan keberadaan dan identitas warga Muslim dan Kristiani di Kota Suci Yerusalem," tukas Abdul Qadir.
Ia menambahkan, Paus Benediktus XVI sebagai pemimpin tertinggi agama Kristen Katolik seharusnya tahu tindakan Israel dan harus bisa menghentikannya. Apalagi, Paus rencananya akan berkunjung ke Yerusalem pertengahan Mei mendatang. (ln/IMEMC)