Seorang komandan militer Israel harus mengalami interogasi intens dari polisi militer Israel karena diduga kuat memberikan otorisasi serangan berdarah yang menewaskan 22 warga sipil di Jalur Gaza.
Kolonel Ilan Malka, yang memimpin Brigade Givati selama perang Desember 2008 hingga Januari 2009 terhadap Gaza, mengatakan kepada penyidik bahwa dirinya tidak mengetahui jika ada warga sipil di dalam sebuah gedung yang berada di bawah serangan pasukannya pada tanggal 5 Januari 2009 setelah ia memerintahkan untuk menyerang gedung tersebut, surat kabar Israel Ha’aretz melaporkan pada hari Ahad kemarin (24/10).
Para pejabat Israel menyatakan serangan itu sebuah "kesalahan operasional," dan mengatakan tentara sebenarnya bertujuan untuk menyerang cadangan senjata di dekatnya.
Serangan berdarah, yang telah dikecam oleh PBB sebagai "salah satu yang paling parah" dari serangan mematikan dalam perang Gaza, merenggut nyawa 22 anggota keluarga Samuni, sepuluh di antaranya adalah anak di bawah umur.
Dua puluh sembilan anggota keluarga, yang tinggal di lingkungan Zaitun Gaza City, tewas, dan 49 lainnya luka-luka dalam perang itu, membuat keluarga Samuni paling menderita dalam hal korban jiwa selama konflik berlangsung, yang Israel sebut sebagai Operasi Cast Lead.
Menurut sebuah laporan PBB yang dikeluarkan oleh jaksa veteran penuntut kejahatan perang Richard Goldstone, Israel menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan warga sipil sengaja ditargetkan dalam perang Gaza.
Perang Gaza merenggut nyawa lebih dari 1.400 warga Palestina, termasuk lebih dari 900 warga yang tewas adalah warga sipil. (fq/prtv)